Mohon tunggu...
Sabila Weliza
Sabila Weliza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Seorang mahasiswi yang mulai menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Bukan Hanya Pedas, tetapi Juga Manis Keuntungan: Suksesnya Bisnis Seblak

3 Januari 2024   19:53 Diperbarui: 6 Januari 2024   12:18 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangerang Selatan, 23 Desember 2023 - Bisnis seblak kian meluas di Indonesia, terbukti dengan banyaknya gerai seblak yang tersebar di berbagai tempat, mulai dari warung pinggir jalan hingga restoran dan kafe.

Melangkah masuk ke dalam "Seblak Mamih" sebuah warung rumahan yang terletak di Perumahan Kemang, Bakti Jaya Setu. Hal pertama yang akan anda rasakan adalah aromanya. Sebuah simfoni dari gigitan pedas cabai, pelukan gurih bawang putih, dan bisikan kuah kaldu yang menggoda. Di tengah-tengah kekacauan yang harum ini, terdapat seblak, salah satu jajanan khas Bandung Jawa Barat, jajanan kaki lima Indonesia yang sederhana namun sangat terkenal.

Kisah seblak adalah mimpi yang tidak diunggulkan yang menjadi kenyataan. Dimulai dari camilan sederhana yang dibuat dari sisa kerupuk basah oleh ibu-ibu rumah tangga Sunda yang kreatif telah menjelma menjadi sebuah fenomena, memikat selera di seluruh nusantara dan bahkan merambah ke luar negeri.

“Tahun 2018 awalnya cuma jual bakso dan mie ayam, tapi karena saya rasa sudah banyak yang bosan, jadi saya mulai cari-cari inspirasi di internet terus akhirnya bikin menu baru yaitu seblak. Alhamdulillah ramai sampai sekarang sudah banyak pelanggan,” Kata Aidah, Pemilik Warung Seblak Mamih. Jum’at (22/12/2023).

Kisah Aidah dan Seblak bermula pada tahun 2018, sudah hampir 6 tahun Aidah berjuang mencari sedikit uang dengan berjualan seblak. Kala itu, ia hanya bermodalkan wajan dan kompor, menyulap kerupuk basah menjadi jajanan untuk anak sekolah dan mahasiswa yang lapar. "Dulu cuma pakai garam sama cabai, bahan seadanya, seperti kerupuk, sawi, cikur. Jualnya Rp.5.000 sampai Rp. 10.000 seporsi," Ujar Aidah sambil tersenyum. Tapi tangan ajaibnya dan bumbu racikan turun-temurun membuat seblaknya beda. Pedasnya bukan sekadar menyengat, tapi berpadu apik dengan gurih kaldu dan aroma rempah yang menggoda.

Jajanan khas Bandung, Jawa Barat ini digandrungi oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Popularitas seblak dapat dikaitkan dengan rasa pedas dan gurih yang dapat menimbulkan sensasi adiktif atau sensasi yang dapat membuat orang ingin terus mengonsumsinya. Selain itu, seblak juga dapat divariasikan dengan berbagai macam topping, sehingga dapat disesuaikan dengan selera konsumen.

“Seiring waktu, saya mulai menambahkan variasi topping, mulai dari ceker ayam, telur, bakso, sosis, mie, hingga jamur enoki. Saya juga menyediakan tingkatan level pedas mulai dari level 0-10,” Lanjut Aidah.

Bukan hanya orang Indonesia yang jatuh cinta pada seblak. Internet, penyeimbang kuliner yang hebat itu, telah menyebarkan kabar gembira tentang seblak ke berbagai penjuru dunia. Para blogger makanan memuji cita rasanya yang unik, acara-acara perjalanan mendedikasikan seluruh segmennya untuk daya pikat seblak, dan para pengunjung internasional mengantre untuk mencicipi teka-teki pedas ini untuk pertama kalinya.

Pesatnya pertumbuhan tren kuliner pedas di Indonesia turut berkontribusi terhadap kesuksesan bisnis seblak.

“Faktor keberhasilan bisnis seblak ini ada di Iokasi dan juga promosi,” kata pemilik Seblak Mamih, Aidah. Jum’at (22/12/2023).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun