Mohon tunggu...
Sabila Hayuningtyas
Sabila Hayuningtyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030109

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030109

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Penjualan Menurun Drastis, Pedagang Sepatu Nyaris Pesimis

26 Juni 2021   18:47 Diperbarui: 26 Juni 2021   19:24 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toko sepatu di Tangerang, Banten (26/06/2021). dokpri

"Saya, sih berharapnya bisa tetap melanjutkan toko ini sampai kondisi kembali normal. Soalnya saya bingung kalau enggak melanjutkan toko, saya mau kerja apa? Umur saya sudah terlalu tua untuk ngelamar jadi karyawan. Mungkin satu-satunya yang bisa saya lakuin, sih jadi driver online atau enggak menjadi petani di kampung halaman" ungkap Setyo ketika ditanya bagaimana rencana ke depannya dalam menghadapi dampak pandemi

Keterbatasan modal yang dialami juga menjadi alasan dirinya tak banyak menambah stok sepatu model baru untuk mengisi toko. Bahkan beberapa sepatu stok lama yang menghiasi kaca etalasenya terpaksa ia banting harga dari yang semula 100 ribu rupiah menjadi 50 ribu rupiah, hal ini ia lakukan supaya masih ada sedikit pemasukan dibanding sepatu tersebut akhirnya menjadi semakin rusak dan terbuang sia-sia.

"Untuk sepatu harganya macem-macem, kalau sepatu sekolah saya jual kisaran 100 ribu-250 ribu, sepatu olahraga biasanya saya jual sekitar 150 ribu-400 ribu, kecuali sepatu futsal anak-anak saya biasa jual di bawah 100 ribuan. Beberapa lainnya ada yang saya obral, dari harga aslinya 150 ribuan jadi saya jual 50 ribuan aja, gak apa-apa deh rugi daripada kebuang" jelasnya

Berdasarkan cerita yang disampaikan, pada awalnya toko ini pun tak hanya menjual sepatu saja, namun juga beberapa perlengkapan olahraga, khususnya futsal dan sepak bola. Seperti setelan futsal, jersey, kaos kaki bola, dan lain sebagainya. Hal ini didasari karena letak toko yang berdampingan dengan lapangan futsal. Namun, akibat keterbatasan modal yang dimilki membuat toko ini menjadi tidak selengkap sebelumnya.

"Awalnya toko ini lengkap, jualannya macem-macem ada sepatu, jersey bola, tas, jaket, celana training, setelan futsal, pokoknya hampir semua perlengkapan olahraga saya sediain. Sekarang karena gak punya banyak modal, saya fokus ke sepatu aja sambil ngabisin stok lawas." ungkap Setyo

Sejumlah sepatu di dalam kaca etalase (26/06/2021). dokpri
Sejumlah sepatu di dalam kaca etalase (26/06/2021). dokpri
dokpri
dokpri
Ya, di masa yang serba sulit ini memang tak banyak yang bisa diharapkan. Setyo hanyalah salah satu dari sekian banyak masyarakat yang terkena dampak dari adanya pandemi. Mulai dari pemberlakuan sekolah daring, tempat wisata yang ditutup, hingga sejumlah pabrik yang bangkrut dan harus memberhentikan sejumlah karyawannya. Rupanya hal tersebut juga dapat memberikan pengaruh yang luar biasa kepada pedagang UMKM seperti Setyo.

Setyo pun hanya bisa pasrah merindukan kondisi tokonya yang dulu dan berharap pandemi segera berakhir agar tokonya kembali ramai dikunjungi pembeli.

"Ya, mau bagaimana lagi, saya cuma bisa menerima karena di masa pandemi seperti sekarang, saya enggak bisa nyalahin siapa-siapa, hampir semuanya terdampak. Harapan saya mungkin sama aja seperti pedagang-pedagang UMKM yang lain, berharap saya dan orang-orang sekitar bisa tetep sehat, pandemi segera berakhir, bisa menjalani kehidupan dengan normal, dan dagangan saya laris kembali." harap Setyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun