Mohon tunggu...
Sabila Aqiilahnur Fitrah
Sabila Aqiilahnur Fitrah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwsi

Saya merupakan seorang mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari jurusan jurnalistik yang memiliki kegemaran dalam menulis dan berorganisasi. Dengan semangatnya yang tinggi dalam mengembangkan bakat menulis dan kepemimpinannya, seorang mahasiswa yang aktif dalam berbagai kegiatan akademik dan organisasi di kampus.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Adab dalam Retorika Dakwah

25 Juni 2024   14:26 Diperbarui: 25 Juni 2024   14:50 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar: foto pribadi

Oleh: Sabila Aqiilahnur Fitrah dan Syamsul Yakin
(Mahasiswa dan Dosen Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Secara praktis, retorika dan dakwah harus mengusung etika. Apa pun yang baik digunakan dan apa pun yang buruk harus ditinggalkan. Baik dan buruk dalam konteks ini berlaku secara saling, baik untuk komunikator (orator dan dai) maupun komunikan (audiens dan mad'u).


Secara umum, etika dalam Islam adalah peraturan tentang sopan santun yang ditemukan dalam al-Qur'an. Etika ini membantu membangun komunikasi dialogis antar manusia. Dalam Islam, secara hierarkis, etika berada di atas ilmu.

Dalam komunikasi Islam (dakwah), kehalusan, keramahan, dan budi pekerti ditekankan. Komunikasi Islam tidak hanya berfokus pada hasil, tetapi juga pada proses. Inilah mengapa etika sangat penting dalam retorika dakwah.

Dalam Islam, etika dan akhlak berbeda. Etika adalah seperangkat peraturan yang bersifat mengikat, sedangkan akhlak adalah panggilan hati yang bersifat spontan. Dalam retorika dakwah, lebih tepatnya mengusung etika karena sifatnya yang mengikat.

Sementara itu, akhlak atau respons spontan dari orator atau dai muncul tanpa rencana saat berbicara atau memberikan pidato. Ini bukanlah hasil dari aturan agama atau budaya yang mengikat, melainkan respons yang dapat dipelajari dan dibiasakan.

Secara aksiologis, bagi orator dan dai, etika membantu mereka menjadi manusia yang lebih baik dalam berpikir dan bertindak sesuai dengan waktu dan tempat tertentu. Ini dikenal sebagai ethos dalam ilmu retorika yang juga memengaruhi pendengar.

Berdasarkan uraian di atas, etika retorika dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, aturan mengenai kesopanan, keramahan, dan budi pekerti saat berbicara untuk mengajak manusia berbuat baik. Etika ini berlaku bagi orator dan dai.

Kedua, etika retorika dakwah adalah aturan mengenai perilaku yang baik dan buruk yang harus diikuti saat berdakwah atau berpidato. Dalam konteks ini, orator atau dai harus mematuhi etika yang telah ditetapkan.

Ketiga, etika retorika dakwah mencakup baik dan buruknya perilaku dai atau orator di berbagai media, seperti panggung, mimbar (media tradisional), radio, televisi (media konvensional), dan platform media sosial (new media).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun