biji sintetik lapis tiga sebagai alternatif kultur in vitro anggrek. Tim ini diketuai oleh Farel Arkan Wiradanu (Fakultas Pertanian) dengan beranggotakan Aulia Nurrohmah (Fakultas MIPA), Salsabila Tiara Putri (Fakultas Pertanian), Said Fadhilah (Fakultas MIPA), dan Aida Nisa Lu'lu'a (Fakultas MIPA) di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Endang Yuniastuti, M.Si. yang merupakan dosen Agroteknologi Fakultas Pertanian UNS. Tim PKM-RE UNS ini berhasil mendapatkan dukungan pendanaan dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbukristek).
Surakarta - Tim PKM Riset Eksakta (PKM-RE) Universitas Sebelas Maret (UNS) mengembangkan potensi ekstrak daun sirih melalui enkapsulasiDendrobium sp. termasuk genus anggrek yang unik karena memiliki warna bunga, bentuk bunga, dan ukuran yang bervariasi serta tercatat sebagai salah satu genera keluarga Orchidaceae terbesar. Akan tetapi, permintaan Dendrobium sp. yang semakin meningkat tidak sebanding dengan ketersediaan produksi nasional. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi Dendrobium sp. nasional tahun 2021 sebesar 11.351.615 juta tangkai, kemudian tahun 2023 mengalami penurunan menjadi 2.522.933 juta tangkai. Alternatif dari permasalahan tersebut adalah dengan teknologi biji sintetik Dendrobium sp. Biji sintetik merupakan metode enkapsulasi yang terdiri atas embrio somatik dan dibungkus oleh endosperma serta kulit biji tiruan. Biji sintetik menawarkan berbagai keunggulan, seperti meningkatkan ketahanan biji, daya hidup serta perkecambahan.
Melalui keunggulan biji sintetik tersebut, proses perbanyakan anggrek akan lebih cepat dan efisien. Biji sintetik akan memudahkan proses distribusi dengan biaya produksi yang lebih terjangkau. Hal ini akan meningkatkan produksi anggrek di Indonesia yang terus menurun dan dapat menunjang sektor ekonomi. Namun, biji sintetik ini rawan terjadi kekeringan atau kontaminasi yang dapat menimbulkan kematian pada planlet. Maka dari itu, biji sintetik lapis tiga diciptakan sebagai pembaruan riset melalui inovasi pemberian tiga lapisan untuk menciptakan biji sintetik yang lebih tahan dari kekeringan dan kontaminasi mikroba.
Biji sintetik lapis tiga dibuat dengan cara melakukan enkapsulasi planlet anggrek ke dalam media hidrogel berupa MS (Murashige and Skoog) dan alginate 2,5%. Media ini kaya akan nutrisi yang akan diserap oleh planlet untuk pertumbuhannya. Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan mencegah kontaminasi, biji sintetik ini diberi lapisan dengan kitosan dan ekstrak daun sirih. Biji sintetik tersebut kemudian disemai pada media vermikulit secara in vitro.
Pengembangan enkapsulasi biji sintetik pada anggrek diharapkan mampu meningkatkan produksi anggrek. Hal ini karena enkapsulasi mendukung ketersediaan nutrisi bagi planlet, sehingga mempercepat pertumbuhan jaringan pada anggrek. Selain itu enkapsulasi juga dapat mempermudah distribusi anggrek sehingga dapat menekan biaya dalam penyaluran tanaman anggrek.
"Untuk kedepannya diharapkan penelitian enkapsulasi biji sintetik anggrek dapat dilanjutkan dan dikembangkan sehingga produksi anggrek mengalami peningkatan,” Tutur Farel selaku ketua Tim penelitian ini.
Support by: @kemahasiswaan.dikti
Instagram: @pkmre.synseed
Tiktok: @pkmre.synseed
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H