Cinta buta bukan cinta tabu.
Melangkah mencari yang tak pasti, jejak langkah ini terkadang terhenti entah karena apa. Apa daya jiwa ini melayang bagaikan terbawa angin. Terombang ambing dan kadang terjatuh karena kejamnya gravitasi. Ingin rasanya melawan.
Hidup ini bagaikan sesuatu yang hilang, yang kadang-kadang muncul lalu tiba-tiba menghilang.
Berawal dikenalkan yang namanya cinta, ada perasaan menyayangi dan mencintai. Perasaan wajar itu muncul begitu saja seperti virus.
Datanglah sosok cantik yang tuhan kirimkan, mata ini memandangi tanpa henti. Lalu mulai terasa ada perasaan aneh dan mulai menyadari mungkinkah itu yang dinamakan cinta. Dimulai dari sebuah perkenalan, hingga sampai dengan yang namannya pacaran.
Rasa rindu dan sayang mulai tergantiakan dengan sosok wanita cantik yang baru, entah apa yang terjadi. Perasaan nyaman membuat sosok cantik yang baru menjadi bagian dari pejalanan hidup, kini satu hati ini terbagi menjadi dua. Walaupun tidak enak rasanya, tapi hati ini memaksa.
Tuhan pun punya rencana lain ternyata, dikirimkanlah sosok pria tampan yang mendatangi wanita baru, apalah daya dia terbawa arus itu lalu tenggelam. Setelah tenggelam ia baru menyadari ternyata ia tenggelam di air keruh. Sosok tampan itu ternyata sedang jatuh hati.
Lalu bagaimana dengan nasib sosok wanita cantik yang pertama datang, ternyata dia sudah punya sosok pria tampan yang mendampinginya sejak dulu.
Tuhan, bukankah ini semua rencana mu. Engkau menciptakan mata hingga aku bisa melihat sosok cantik itu, kemudian engkau cipatakan perasaan untuk mengasihi orang lain. Begitu indah tuhan ciptaan mu, dan begitu indah renana mu itu.
Aku hanyalah hambamu yang menunggu kepastian Mu, karena aku percaya jodoh yang telah engkau gariskan terhadapku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H