Mohon tunggu...
Ibnu Firmansyah
Ibnu Firmansyah Mohon Tunggu... -

Senang dengan ilmu psikologi. Selalu tertarik dengan lingkungan sekitar serta selalu penasaran dengan sesuatu yang terjadi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kampung Percontohan Politik

20 Maret 2014   23:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:41 1592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1395307175922453095

[caption id="attachment_316376" align="aligncenter" width="300" caption="Foto Ibnu"][/caption]

Tahun 2014 merupakan tahun politik yang kini sangat hangat untuk dibicarakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Tepat tanggal 9 April 2014 warga negara Indonesia akan menggelar pesta rakyat yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Ada hal yang menarik sebelum pemilu dilaksanakan, yaitu kampanye. Tanggal 16 Maret sampai dengan 15 april 2014 merupakan proses pelaksanaan kampanye.

Pada saat masa kampanye seluruh anggota menyambut dengan penuh suka cita, dari mulai anak-anak yang sebenarnya tidak tahu apa-apa sampai orang tua. Dari mulai menempelkan atribut kampanye, sampai mengikuti orasi dari berbagai partai politik. Ironisnya banyak peristiwa memilukan yang terjadi pada masa kampanye ini, seperti pada kasus seorang pemuda di Sukabumi yang diduga stres karena tidak diajak kampanye sehingga ia nekat memanjat tower dan mengancam akan terjun bebas.

Namun ada suatu hal yang sangat menarik ketika saya berkunjung ke wilayah perkampungan yang padat penduduk, yaitu wilayah RW 12 Muja-Muju Yogyakarta. Memasuki wilayah tersebut kita disambut dengan spanduk yang bukan atribut partai politik, namun spanduk itu bertuliskan "WILAYAH RW 12 MUJA-MUJU YOGYAKARTA BERSIH DARI ATRIBUT PARTAI POLITIK". Bayangkan saja disaat seluruh lapisan masyarakat Indonesia berlomba-lomba untuk memasang atribut partai politiknya, namun di wilayah ini bebas dari atribut partai politik. Sepertinya ini bukanlah wilayah anti politik dan bukan golongan masyarakat yang bisa dikatakan "golput".

Ternyata benar saja, Salah seorang warga menuturkan, "Masyarakat kini sudah pintar, kita sudah bisa menilai siapakah calon pemimpin yang akan kita pilih, bukan hanya melihat dalam waktu singkat foto seorang calon pemimpin kemudian langsung tertarik, bukan seperti itu."  Ia menegaskan bahwa, "Saat ini kita bisa melihat seorang pemimpin dari sikap dan perilakunya yang kita bisa lihat dari berbagai sumber media, bukan dari janji-janji manisnya di saat politik saja, kenapa kita harus risau dengan para koruptor di Negeri ini, toh kita juga mudah tergiur hanya dengan iming-iming kaos parpol atau uang recehan". Hal ini merupakan sebuah potret kecil bentuk kepedulian politik warga kampung yang patut dicontoh oleh sebagaian besar warga Indonesia lainnya.

Kita memang mengharapkan sosok pemimpin yang bisa dijadikan sebagai panutan yang akan menuntun bangsanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Membuka lapangan pekerjaan dan mengentaskan pengangguran. Semua itu perlu dukungan dari seluruh lapisan masyarakat untuk dapat bersikap bijaksana dalam menilai dan menentukan siapakah sosok pemimpin masa depannya itu.

"Masyarakat cerdas tidak akan goyah pendiriannya hanya karena bujuk rayu sang dermawan yang mengatasnamakan calon pemimpin masa depan."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun