Terombang ambing arus demokrasi seperti dalam mimpi,
Membuat cerita bagaikan di negeri dongeng,
Mengatasnamakan calon pemimpin yang menganggap negeri sebagai lelucon
Ada yang mengaku seorang calon wakil rakyat,
adapula yang mengaku calon pemilih wakil rakyat.
Katanya, ingin membangun nusantara tercinta Indonesia.
Hamparan luas tanah air Indonesia, terhampar dari sabang sampai merauke.
Kesuburan tanah yang sangat subur, limpahan hasil bumi yang kaya, dan adat istiadat yang beranekaragam.
Lalu...Banyak sosok tikus mulai bermuculan ingin menguasai negeri ini.
Lucunya, uang dihambur-hamburkan, demi membangun nusantara, kedermawanannya dikenal rakyat, pilihan ditujukan kepadanya yang dermawan. Suara-suara teriakan terdengar dari berbagai penjuru nusantara. Calon pemimpin kami paling hebat, Kami tidak akan ragu, Asalkan ada recehan yang dilemparkan.
Senyuman-senyuman manis terlihat, gigi putih, wajah tampan dan cantik demi merayu calon pemilih yang memohon kedermawanan. Lalu tinggal menghitung waktu...Kemudian menghitung suara. Siapa yang akan menang?Entah yang dermawan atau yang preman karena yang memilih mengaku beriman. Nusantara ini menangis melihat penghuninya tertawa membangun nusantara.
Komedi dan lawakan menjadi tren, karena semua orang membutuhkan hiburan. Termasuk tren baru di nusantara ini yaitu komedi politik nusantara. Politik dianggap sebagai hiburan Nusantara, sebagai tontonan dan tempat para pemimpin dan wakil rakyat berakting di panggung sandiwara dan panggung asmara.
Sungguh luar biasa.
Dilihat seperti apa negeri yang subur makmur ini, adat istiadatnya dilupakan begitu saja.
Pantas saja negeri disebrang berani mengolok-olok. Lihat apa yang kita lakukan "Membangun Nusantara Sebagai Panggung Sandiwara".
Silakan tuanku duduk manis di kursi yang paling mahal ini, rakyatmu akan menyembah dan memohon.
Mereka tidak akan menangis ko karena meminta pekerjaan kepadamu, mereka juga tidak akan menagis dipinggir jalan meminta recehan demi sesuap nasi, mereka juga tidak akan menangis karena tidur di kolong jembatan. Engkau kan sudah dermawan memberikan recehan untuk kehidupan kami. Sekarang tinggal duduk manis saja, tertawaknalah kami yang menderita atas kedermawan mu.
Nusantara ini bertambah subur karena kekuasaan mu, bahkan karena kesuburannya, engkau akan tenggelam Tuan.
"Andai saja ini negeri dongeng, ingin rasanya merubah cerita itu kembali ke kejayaan Nusantara masa lalu."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H