Sungguh ini benar-benar cerita shalat tarwih yang berlangsung semalam suntuk. Selama perjalanan hidup saya, inilah pengalaman mengikuti shalat tarwih yang paling paling panjang dan menarik, meskipun hanya pengalaman satu-satunya.
Ceritanya terjadi sekitar awal 1990-an, ketika seorang teman di Kairo, bilang ke saya, “Din, kalau mau ngerasain tarwihan yang sebenarnya, datang dan pergilah tarwihan di bangunan yang difungsikan sebagai masjid, yang terletak di dekat makam Imam Syafii”.
Karena terdorong keinginan membuktikan cerita teman tadi, bersama seorang teman, saya pun ke sanalah.
Kira-kira berjarak sekitar 500 meter di jalan utama yang menuju maqam Imam Syafi’i di Kota Tua Kairo, terdapat sebuah bangunan biasa, berlantai empat yang dari luar tampak biasa, tapi di dalamnya difungsikan sebagai masjid khusus di bulan Ramadhan.
(Catatan: kuburan Imam Syafii yang dimaksud adalah benar pemilik Mazhab Syafi’i yang banyak dianut di Indonesia. Lokasi atau wilayah makamnya juga dikenal dengan nama kawasan Imam Syafi’i).
Seusai berbuka puasa di pinggir jalan, saya dan teman masuk ke dalam bangunan itu, yang sekali lagi dari luar, terlihat biasa.
Dari empat lantainya, hanya lantai dua yang difungsikan sebagai masjid, yang dapat menampung sekitar 300 orang jamaah shalat. Lantai tiga dan empat difungsikan sebagai tempat tidur. Sementara lantai dasar/satu dijadikan sebagai dapur dan gudang.
Begitu masuk ke gedung, mata langsung dihadang pemandangan orang-orang yang dari penampilan awalnya terkesan seperti jamaah khusus, semuanya terlihat khusyu’ dan beberapa terlihat membaca Quran, atau sekedar duduk memutar tasbih di jari tangannya.
Setelah mengobrol dengan beberapa jemaah, saya mengetahui bahwa jemaah itu bukan hanya dari kota Kairo, tapi beberapa diantaranya datang dari luar kota, bahkan dari sejumlah negara lain: Maroko, Aljazair, dan sejumlah negara-negara Teluk.
Ketika tiba waktu Isya, jamaah melakukan shalat Isya pada waktu normal. Setelah isya, acara makan malam bersama, minum teh/kopi dan sebagian jemaah beristirahat. Cukup lama menunggu, sebab tarwihan baru dimulai sekitar jam 21.00, dan imam memaklumkan bahwa tarwihan 8 rakaat plus 3 rakaat witir.
Begitu rakaat pertama tarwihan dimulai, lalu Imam membaca Al-Fatihah, kemudian disambut dengan gema suara makmum mengucapkan: aaaamiiin, mulailah Imam membaca ayat Quran.