Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemimpin & Kepemimpinan (13): Kejujuran

28 Februari 2016   08:46 Diperbarui: 28 Februari 2016   17:00 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="File pribadi"][/caption]

Kejujuran adalah kekuatan meski kadang terkesan rapuh. Dan ketidakjujuran adalah kerapuhan meskipun sering terlihat kokoh dan memukau.

Di zaman digital ini, kepemimpinan sering dibungkus dengan intrik dan tipu-tipu, untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan. Padahal kepemimpinan yang penuh intrik dan tipu muslihat, meskipun terkesan efektif dalam mempertahankan kepemimpinan dan kekuasaannya, pada akhirnya akan berakhir bumerang.

Seorang pemimpin – baik dalam skala kecil atau sedang dan besar – yang memposisikan diri sebagai figur teladan, dengan sendirinya akan berupaya berlaku jujur. Dan kejujuran itu seharusnya berlaku paralel, baik terhadap dirinya sendiri ataupun terhadap orang-orang yang dipimpinnya.

Kejujuran mampu menyederhanakan sesuatu yang sulit. Seorang bendahara yang korup akan berupaya merekayasa laporan keuangannya dan dia akan kesulitan sendiri. Sebab dia harus bekerja ekstra untuk mengutak-atik guna mencocokan antara angka riil dengan angka rekayasa, agar tercipta laporan keuangan yang rasional.

Sementara bendahara jujur, dia tidak punya beban, sebab dia hanya memindahkan (merekap ulang) catatan pengeluaran apa adanya dan kalau diminta, dia bisa menunjukkan saldo yang masih berwujud.

Kejujuran, tidak mungkin tidak, akan memicu rasa empati dan simpati, yang akhirnya akan berujung pada trust dan ketaatan, dan selanjutnya akan menciptakan perpaduan bersenyawa antara keteladanan seorang pemimpin dengan ketaatan orang-orang yang dipimpinnya.

Memang sering terjadi, orang jujur menyesali dirinya telah berbuat jujur, sebab kejujurannya itu justru berakibat negatif bagi dirinya. Tapi, seperti perilaku baik lainnya, hasil akhir sebuah kejujuran memang tidak instan. Perlu kesabaran dan konsistensi. Sebab kejujuran adalah akumulasi atau puncak dari rangkaian sikap kepolosan yang tanpa basa-basi.

Dan yang penting, kejujuran itu perlu latihan juga. Tidak mungkin seseorang sekonyong-konyong tiba-tiba menjadi jujur. Dan dalam proses berlatih berlaku jujur itu, banyak orang yang gagal menuntaskannya.

Dan jujur memiliki tiga komponen dasar: (1) Jika berkata, dia mengatakan yang benar; (2) kalau berjanji, dia menepati janjinya; (3) kalau diberikan amanah, dia akan menunaikan amanahnya. Kalau mau gampang, lawan kata jujur adalah pengkhianat dan pembohong.

Jika membaca buku-buku dan teori-teori kepemimpinan, setiap syarat dan kriteria pemimpin ideal, selalu bisa didebat dengan argumentasi pembanding atau kontra argumennya, kecuali satu kriteria: kejujuran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun