Memasuki hari ke-13 Operasi Mosul (Sabtu, 29 Oktober 2016), tanpa alasan yang jelas, terjadi saling bantah membantah antara pasukan Irak dan pihak koalisi pimpinan Amerika Serikat.
Koalisi Internasional pimpinan Amerika mengumumkan, militer Irak akan menghentikan gerak majunya menuju Mosul selama dua hari, untuk menata ulang posisi dan gelar pasukan, melakukan persiapan dan menyisir wilayah yang telah diambil alih. Tapi gempuran udara akan terus berlanjut. Pihak koalisi juga mengatakan, sejak 17 Oktober  2016, telah menjatuhkan atau menembakkan sekitar 2.500 bom dan rudal yang menyasar kombatan IS.
Sementara Brigjen Yahya Rasul, Jubir Pasukan Gabungan, membantah adanya penghentian operasi. Yang terjadi adalah menata ulang operasi yang sedang berjalan, sambil mempersiapkan operasi selanjutnya.
Pada hari yang sama, juru bicara pasukan dari unsur Popular Mobilization Forces (milisi Syiah) justru menegaskan bahwa mulai Sabtu pagi (29 Oktober 2016), pasukannya dengan kekuatan sekitar 10.000 prajurit mulai bergerak dari selatan menuju Kota Tal Afar, kota yang terletak sekitar 78 km ke arah barat Mosul.
Catatan:
Pertama, bantah membantah pernyataan adalah isyarat bahwa Operasi Merebut Mosul sedang menghadapi persoalan serius. Kesimpangsiuran pernyataan itu mulai menguak ke permukaan setelah sebuah sumber di pasukan reguler Irak mengatakan, tanpa menyebutkan waktunya, bahwa sebuah jet tempur Amerika telah menembak dengan salah sasaran (friendly fire) yang menewaskan 4 dan melukai 9 tentara Irak, di wilayah Tall Kayf, yang berjarak sekitar 12 km arah utara Mosul.
Kedua, meski tidak pernah diakui, salah satu kendala yang menghambat gerak maju pasukan gabungan adalah ranjau yang ditanam oleh kombatan IS sebelum mundur/meninggalkan suatu wilayah. Kondisi ini juga mengakibatkan kejadian yang berulang-ulang: pasukan Irak susah mempertahankan dan melindungi kampung/desa yang sudah diambil alih. Namun hal ini tidak sertamerta dapat dimaknai sebagai kemenangan kombatan Islamic State (IS).
Ketiga, pernyataan yang setiap hari di-release oleh pasukan gabungan bahwa Operasi Mosul berjalan sesuai dengan rencana waktunya, lebih sebagai propaganda perang.
Keempat, satu yang yang pasti: setiap penundaan dan apalagi melakukan revisi taktik tempur, ketika pasukan sedang bertempur di front, akan menciptakan turunnya moral para prajurit. Konsekuensi lanjutannya, pertempuran merebut Mosul akan berlangsung lebih lama, dan boleh jadi juga akan akan semakin bengis.
Syarifuddin Abdullah | Sabtu, 29 Oktober 2016 / 28 Muharram 1438H
Sumber tulisan: Aljazeera.net. Alhayat, AlArabiya, The Economist.