Waktu ledakan: Senin, 03 April 2017, pukul 14.26 Waktu Moskow,KantorMetro St. Petersburg menerima laporan pertama tentang ledakan di kereta bawah tanah Kota St. Petersburg, Moskow. Ledakan terjadi ketika Presiden Putin sedang bertemu dengan Pemimpin Belarusian Aleksandr Lukashenko di St Petersburg.
Lokasi: bom meledak di salah satu gerbong kereta subway, ketika berada di antara stasiun Tekhnologichesky Institutdan stasiun Sennaya Square. Setelah ledakan, pada pukul 14.50, otoritas kereta api menghentikan semua operasi kereta di Kota Pettersburg, dan semua transportasi publik digratiskan pada sisa hari Senin di seluruh kota St. Petersburg. Pada pukul 15.09, Polisi kembali menemukan sebuah bom lain, yang siap meledak, di stasiun Ploshchad Vosstaniya, namun berhasil dijinakkan.
Bahan ledakan: sekitar 200-300 gram TNT equivalent (sumber Interfax).
Korban: 11 tewas dan 50-an orang cedera. Tiga di antaranya adalah anak-anak.
Pada pukul 13.34 local time, PM Dmitry Medvedev memerintah Emergency Committee (EMERCOM) and Kementerian Kesehatan untuk menyediakan semua yang diperlukan untuk membantu korban ledakan.
15:17 local time, Kedubes Amerika di Moskow mengeluarkan peringatan kepada warganya: "Review your personal security plans; remain aware of your surroundings, including local events; and monitor local news stations for updates. Maintain a high level of vigilance and take appropriate steps to enhance your personal security”.
Catatan awal:
Pertama, ledakan St. Petersburg pada 03 April 2017 merupakan ledakan pertama di kota besar Rusia, sejak Rusia terlibat perang dalam konflik di Suriah pada September 2015. Dan intervensi militer Rusia dalam konflik Suriah memang sejak awal diposisikan sebagai kebijakan yang paling potensial menjadi salah faktor yang paling mungkin memicu aksi teror terhadap kepentingan Rusia.
Kedua, setiap kali terjadi aksi teror di Rusia, biasanya ada dua kelompok yang dijadikan tersangka utama: kelompok Chechen nationalists dan pendukung Islamic State (IS). Dan seperti diketahui, foreign fighters asal Rusia yang diyakini telah dan sedang bergabung dengan IS di Suriah diperkirakan sekitar 7.000 orang. Jumlah ini jauh lebih banyak dibanding foreign fighters asal Indonesia.
Ketiga, transportasi subway atau kereta Rusia telah beberapa kali menjadi sasaran aksi teror. Pada 27 Nopember 2009, kereta cepat Moscow – St. Petersburg dibom yang mengakibatkan 26 tewas dan lebih dari 100 orang cedera. Aksi ini diklaim oleh kelompok Doku Umarov.
Aksi terakhir yang menyerang subway Moskow adalah bom kembar bunuh diri, yang dilakukan oleh dua wanita, pada Maret 2010 yang menewaskan 40 orang dan mencederai lebih dari 100 orang. Pemimpin Chechen Doku Umarov mengklaim bertanggungjawab atas ledakan tersebut.