Pada Selasa siang, 30 Agustus 2016, Amerika mengumumkan telah menewaskan seorang pimpinan ISIS dalam sebuah serangan drone, namun belum memastikan figur pimpinan yang dimaksud, masih sedang diselidiki.
Pada Selasa sore, 30 Agustus 2016, Amaq News Agency (ANA), kantor berita online yang selama ini diperlakukan sebagai situs berita yang dikelola aktivis ISIS memberitakan, Muhammad Al-Adnani tewas dalam sebuah ledakan yang menyasar mobil yang dikendarainya, ketika sedang melakukan inspeksi pasukan ISIS di Kota Al-Bab, Aleppo Suriah.
Beberapa jam kemudian, pada Rabu, 31 Agustus 2016, Kementerian Pertahanan Rusia me-release klaim bahwa jet tempur Rusia jenis SU34 telah berhasil membunuh Abu Muhamad Al-Adnani dalam sebuah serangan udara di dekat kampung Ma’rah Ummu Husy, Provinsi Aleppo Suriah. Serangan itu, menyasar konvoi mobil yang membawa sekitar 40 anasir ISIS. Semuanya tewas ditempat. Release Rusia itu juga menegaskan “Telah dipastikan kematian Al-Adnani dalam serangan udara tersebut melalui beberapa jaringan intelijen”.
Hanya selang sekian jam kemudian, stasiun televisi satelit Aljazeera Arabic melaporkan pernyataan seorang sumber di militer Amerika – yang tidak ingin disebut identitasnya - yang mengejek release Rusia tersebut dengan mengatakan “Klaim Rusia itu adalah sebuah lelucon”. Pihak Amerika justru mengklaim bahwa yang berhasil membunuh Al-Adnani adalah pesawat drone Amerika di wilayah timur laut Aleppo. Hanya Amerika telat memastikan kematian Al-Adnani dengan pertimbangan, sebelumnya Amerika sering mengklaim tewasnya salah satu pimpinan ISIS, tapi kemudian terbukti keliru.
Beberapa catatan:
Pertama, pernyataan ISIS yang di-release oleh situs Amaq News Agency (ANA) bahwa Al-Adnani telah tewas sebenarnya unik, bahkan cenderung aneh. Sebab sebelumnya, ANA tidak pernah dalam hitungan jam langsung mengumumkan tewasnya salah satu pimpinan terasnya.
Kedua, saya termasuk orang yang aktif mengakses situs berbahasa Arab Amaq News Agency (ANA), namun situs itu sudah tidak bisa diakses sejak Juli 2016. Sehingga aneh juga, bila ANA hanya aktif untuk mengumumkan kematian Al-Adnani, dan setelah itu, langsung tidak bisa diakses lagi.
Ketiga, sampai Jumat malam (02 Sept 2016), yakni tiga hari setelah pernyataan kematian Al-Adnani, belum ada satupun foto jenazah yang di-release oleh ANA. Sebagai catatan: kasus Al-Adnani ini tidak sama dengan jenazah Osama bin Laden, yang notabene dibunuh melalui serangan langsung oleh pasukan elit Amerika, dan jenazahnya dibawa oleh pasukan penyerang, lalu dibuang ke laut. Dalam kasus Al-Adnani, dia tewas akibat serangan udara, dan karena itu, jenazahnya tidak mungkin diambil oleh pasukan penyerang. Apalagi kalau serangan itu dilakukan oleh drone.
Keempat, akun Facebook (10000893530081), milik Ma’sum Marzuki, meng-upload tulisan berjudul “Dengan Cara Inilah Al-Adnani Dibunuh” yang intinya: Al-Adnani dibunuh akibat persaingan internal di tubuh ISIS.
Ceritanya: salah satu aktivis ISIS bernama Ali Mussa Al-Shwakh alias Abu Luqman, ingin menduduki posisi penting di organisasi ISIS. Namun Abu Luqman bukan keturunan Quraisy.
Untuk membendung ambisi Abu Luqman, sebelum terbunuh, Al-Adnani mengeluarkan pernyataan bahwa yang bisa menduduki posisi kunci di ISIS harus dari keturunan Quraisy (baca habib, keturunan Nabi).