Membaca teks yang tertulis atau tersurat. Dalam strata literasi, membaca teks yang tersurat adalah level membaca yang paling rendah, karena hanya membutuhkan kemampuan teknis: mengenal dan memahami literasi.
Membaca yang tersirat berarti membaca makna di balik yang tertulis atau yang terucapkan. Dan ini memerlukan "jam terbang" atau bakat khusus. Tidak banyak orang yang mampu melakukannya. Dan kadang, hasil bacaan dari yang tersirat ini sebaiknya untuk konsumsi pribadi saja, jika dinilai kurang pas kalau dipublikasikan.
Membaca dalam pengertian mengucapkan dengan lisan, mengikuti lafaz yang diucapkan orang lain. Contoh: saya tidak bisa berbahasa Makassar, dan tidak paham hurup Lontara. Lalu ada teman yang mendiktekan ke saya satu ungkapan bahasa Makassar: "Tena nia'" dan saya ikut melafalkannya persis yang didiktekan ke saya. Berarti saya bisa membaca, dalam pengertian melafalkan ungkapan: "Tena nia' (tidak ada)."
Saat menerima wahyu pertama, dan malaikat Jibril memerintahkan: "Wahai Muhamad, bacalah!" Rasulullah saw kontan menjawab: "Saya tidak bisa membaca (tulisan atau teks)." Hingga tiga kali Jibril memintanya dan akhirnya Rasulullah membacakan, atau lebih tepatnya, ikut melafalkan bacaan yang didiktekan oleh Jibril. "Bacalah dengan nama Tuhanmu!
Ada juga membaca dalam pengertian observasi atau mengamati. Misalnya membaca pergerakan musuh dalam pertempuran. Sekarang banyak digunakan dalam pertandingan olahraga, yakni membaca taktik-strategi kubu lawan. Atau membaca gesture tubuh; membaca tanda dan isyarat semesta. Dulu, saya pernah bisa dengan hanya membaca gestur tubuh dan relatif bisa memastikan misalnya apakah seseorang pelit atau dermawan.
Membaca dalam pengertian observasi atau mengamati ini juga digunakan untuk membaca gambar-lukisan-simbol, atau membaca kondisi dan peta geografis ketika sedang melakukan perjalanan.
Membaca dalam pengertian bertafakur atau merenung atau berkontemplasi. Membaca sambil merenung ini mungkin lebih pas disebut membaca dengan rasa. Dan kearifan hanya mungkin diperoleh orang yang mampu dan intens membaca dengan rasa.
Syarifuddin Abdullah | Jakarta, 20 Juli 2024/ 14 Muharram 1446H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H