Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kepala Intelijen Militer Israel Mengundurkan Diri: Pengakuan Kecolongan

26 April 2024   00:32 Diperbarui: 26 April 2024   01:01 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: aljazeera.net

Kepala Intelijen Militer Israel, Aharon Haliva, akhirnya mengundurkan diri pada 22 April 2024. Sebuah pengakuan kecolongan dan kekalahan tentang institusi intelijen yang selama ini diasumsikan hebat dan cenderung jumawa.

Sebagai gambaran awal, di Israel terdapat setidaknya tiga institusi intelijen: Mosad (intelijen yang fokus melakukan operasi luar negeri); Shin-Bet atau Shabak (intelijen yang fokus terhadap keamanan dalam negeri), dan intelijen militer yang disebut Intelligence Section atau Military Intelligence Directorate, yang populer dengan singkatan Aman (bahasa Ibrani yang bermakna aman atau keamanan).

Dalam surat pengunduran dirinya, tampak jelas bahwa Aharon Haliva, yang berpangkat militer Mayor Jenderal, mengakui kegagalan intelijen militer Israel mendeteksi dan mengantisipasi serangan Hamas ke wilayah Israel pada 07 Oktober 2023.

Sebagai catatan awal, melalui artikel di Kompasiana pada 15 Januari 2024, yang berjudul "100 Hari Perang Israel versus Hamas", saya membuat catatan antara lain: ketidakmampuan atau lebih tepatnya keterlambatan militer dan intelijen Israel mendeteksi dan memastikan waktu serangan Hamas ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023, yang notabene konon melibatkan hingga 1.500 kombatan Hamas, mengindikasikan dua hal: kapasitas dan kedigdayaan intelijen Israel tidak secanggih dan sehebat yang digembar-gemborkan selama ini; Di sisi lain, kesuksesan Hamas menjaga kedisiplinan dalam merahasiakan rencana serangan". Saya pikir, catatan yang ditulis sekitar bulan yang lalu ini sangat tepat menggambarkan latar belakang pengunduran diri Aharon Haliva.

Dan pengakuan kecolongan dan kegagalan Aharon Haliva itu memang sangat unik karena sejumlah alasan:

Pertama, selama ini, banyak pengamat menilai intelijen Israel, khususnya intelijen militernya, memiliki keunggulan di atas rata-rata, sebagai buah dari berkali-kali terlibat dalam pertempuran besar (1948, 1959, 1967, 1973), plus pertempuran kecil-kecilan yang nyaris berlangsung konstan.

Bahwa kemudian terbukti mandul mendeteksi rencana serangan Hamas pada 7 Oktober 2024, yang konon melibatkan sekitar 1.500 kombatan Hamas, sekali lagi, bukan cuma mengindikasikan kecolongan di pihak intelijen Israel, tapi sekaligus menunjukkan kelihaian lingkaran inti Hamas dalam merahasiakan rencana serangan.

Kedua, lebih jauh, kegagalan intelijen Israel mendeteksi rencana serangan Hamas, mau tidak mau, juga harus diposisikan sebagai kegagalan semua institusi intelijen negara-negara besar, yang selama ini konsisten bersekutu dan mendukung Israel, terutama Amerika Serikat, Inggris, Perancis.

Sebab seandainya intelijen dari tiga negara pendukung utama Israel ini memiliki informasi tentang rencana serangan Hamas, ketiganya pasti membagi informasi ke pihak Israel.

Ketiga, kehandalan teknologi Israel juga sering dijadikan alasan untuk mengukur keunggulan intelijen militer Israel. Tapi kecanggihan teknologi juga terbukti mandul. Dengan kata lain, mengandalkan semata kecanggihan Sigint (signal intelligence atau intelijen teknologi signal), dan menyepelekan Humint (humin intelligence, yang mengandalkan manusia), bisa berakibat fatal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun