Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pindah Kerja atau Ganti Profesi?

10 Maret 2024   09:30 Diperbarui: 10 Maret 2024   09:45 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sering saya ditanya begini: alasan apa yang paling pantas dijadikan acuan untuk pindah kerja atau ganti profesi atau pindah unit dalam satu bidang pekerjaan?

Biasanya juga, saya menjawab begini: hanya jika pekerjaan baru itu memberikan gaji lebih tinggi atau penghasilannya lebih banyak.

Sebab, kalau pindah profesi hanya dengan alasan beban kerja, setres, suasana kerja tidak kondusif, gagal-sukses, ketidaknyamanan dengan pimpinan dan kolega kerja dll, akhirnya akan ditemukan dan dirasakan juga di pekerjaan baru, dengan bobot yang kurang lebih sama.

"Pahit kopi" itu ada di semua jenis profesi. Berdamailah dan nikmatilah pahit kopinya ketika sedang menyeruput kopi!

Ilustrasi: rasa kesal dan dongkolnya orang yang kehilangan sandal jepit awalnya sama persis dengan kesal dan dongkolnya orang yang kehilangan sepatu baru mahal. Sebab rasa kesal-dongkol itu muncul lebih karena faktor KEHILANGAN, bukan karena faktor nilai sandal jepit dan sepatu baru mahal itu.

Syarifuddin Abdullah | Jakarta, 10 Maret 2024/ 29 Sya'ban 1445H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun