Sangat sering terjadi: kesebelasan yang saya dukung biasanya justru kalah. Hehehe.
Mungkin bukan cuma saya. Setiap kali menonton pertandingan sepak bola, Â perasaan selalu terbawa-bawa untuk mendukung salah satu kesebelasan yang sedang berlaga.
Padahal, sungguh, saya tidak pernah memiliki keterkaitan langsung dengan kesebelasan yang saya dukung itu (dan kalah itu).
Dan yang unik, atau bahkan mungkin bisa disebut sial, umumnya tim yang saya unggulkan itu akan kalah.
Saya menyadari sepenuhnya, perasaan atau feeling itu dipengaruhi sejumlah faktor, yang sebenarnya juga tidak stabil.
Faktor geografis
Tidak selalu memang. Namun jika kesebelasan dari Asia atau Afrika berhadapan dengan kesebelesan Eropa atau Amerika Latin, secara spontan feeling saya akan berpihak kepada tim asal Asia atau Afrika.
Ketika Jerman melawan Jepang, pada Piala Dunia Qatar (23 Nopember 2022), feeling saya kontan berpihak ke Jepang.
Tapi setelah mencermati permaian Jerman di babak pertama, perasaan saya yang sejak awal mendukung Jepang pelan-pelan berdamai: bisa memahami keunggulan Jerman atas Jepang. Tim Jerman terlalu digdaya untuk ditahan oleh tim Jepang.
Tapi di babak kedua, setelah ada pergantian pemain Jepang, laga mulai terlihat imbang. Para keturunan samurai itu terlihat memperlihatkan semangat dan nyalinya. Hasilnya, buat saya, pertandingan berakhir nyaman karena kebetulan sesuai dengan feeling saya: skor 2:1 untuk Jepang.