Secara umum, buku ini lebih fokus mengulas dan mendeskripsikan ketimpangan relasi pemerintah-publik-pengusaha. Dan relasi timpang itu terlihat jelas melalui praktek korupsi yang sudah berlapis-lapis, meskipun Herry-Priyono tidak setuju dengan pernyataan bahwa korupsi sudah membudaya. Tapi justru menegaskan bahwa "Korupsi bukan hanya kejahatan sektoral, melainkan pembusukan kolosal trans-sektoral dengan rantai sebab-akibat seperti domino" (252). Korupsi, bukan hanya soal ekonomi. Tapi lebih ke soal etos.
Namun buku ini tidak/belum menawarkan solusi praktis yang bersifat komprehensif terkait pemberantasan korupsi, yang menurut Herry-Prioyono juga melibatkan pelaku bisnis. Karena itu, dia berkesimpulan bahwa setiap tawaran solusi pemberantasan korupsi adalah "ibarat mencari-cari harapan dalam luasnya keputusasaan"; Sebab, "Perubahan nyata selalu simpang siur, tidak seperti logika rapi di atas kertas"; sehingga yang tersisa adalah "Napas perkabungan dan kerinduan menangkap angin untuk menyapu langit yang muram" (255).
Syarifuddin Abdullah | Jakarta, 13 Mei 2022/ 11 Syawwal 1443H