Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Semua Indikator Global Pandemi Mengirim Sinyal Darurat

12 September 2020   22:31 Diperbarui: 12 September 2020   22:56 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua indikator global terkait perkembangan pandemi covid-19 menunjukkan sinyal mengkhawatirkan. Dan kepada semua pihak (kelembagaan ataupun individu), masih sangat relevan prinsip dan nasehat: hope for the best and prepare (or plan) for the worst.

Di awal puncak pandemi pada April-Juni 2020, pertambahan harian kasus covid-19 dengan kelipatan sejuta kasus, rata-rata berlangsung dalam rentang waktu 6 sampai 13 hari (lihat tabel ilustrasi).

Tapi sejak Juli-Agustus hingga awal September 2020, pertambahan kelipatan sejuta kasus, rata-rata berlangsung dalam tempo 3 sampai 5 hari. Fakta ini menunjukkan, secara global, laju pertambahan kasus pandemi cenderung makin memburuk, belum tertangani dan masih jauh dari terkendali.

Sebagai catatan, angka satu juta pertama kasus covid-19 secara global terjadi pada 02 April 2020, artinya perlu waktu 93 hari, sejak Pemerintah China pertama kali mengumumkan resmi kasus covid-19 pada 31 Desember 2019.

Dan saat ini, khusus untuk kawsaan Asia, India kini menduduki peringkat kedua setelah Amerika Serikat, dan praktis menjadi episentrum penyebaran coronavirus di Asia. Pada Jumat 11 Sept 2020, pertambahan harian coronavirus di India sebanyak 97.654 kasus (sehari sebelumnya, 10 Sept 2020, sebanyak 96.760 kasus). Negara bagian Maharashtra di barat India saja kasusnya mencapai lebih dari sejuta kasus.

Di tengah peningkatan kasus secara global (yang juga berarti peningkatan pertambahan harian di beberapa negara), muncul berita pada 8 September 2020 terkait penghentian sementara riset vaksin yang dilakukan AstraZeneca dan Oxford University (salah satu kandidat vaksin yang paling potensial) dengan alasan adanya efek samping yang ditimbulkan vaksin tersebut. Dan penundaan riset itu menunjukkan vaksin covid-19 juga akan mengalami penundaan.

Menghadapi semua sinyal yang mengkhawatirkan itu, semestinya, semua pihak (secara individu dan kelompok, dan juga secara lembaga kenegaraan) tidak lagi merespon pandemi covid-19 dengan kebijakan coba-coba.

Dan sekali lagi, sebagai langkah antisipasi maksimal, masih sangat relevan untuk mengacu pada prinsip dan nasehat yang menegaskan: hope for the best and prepare (or plan) for the worst.

Syarifuddin Abdullah | Den Haag, 12-09-220/ 24-01-1442H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun