Ketulusannya nyaris sempurna. Dalam setiap jejak langkahnya. Kepada ilmunya dan bangsanya. Juga kepada Ainun, istrinya.
Ketulusan yang nyaris total. Itulah kekuatan dan pesona Habibie. Ketulusan yang kadang terkesan lugu. Tak jarang ia jadi korban keluguannya.
Dalam banyak hal, ia berpandangan dan bersikap melampaui zamannya. Sangat jarang yang mampu mengikuti cakrawalanya.
Saya mengamati sosok Habibie sejak awal 1990-an. Dan kesimpulan saya: sulit menemukan tingkahnya, geraknya, mimiknya, gesturnya atau pernyataannya yang menyiratkan keangkuhan.
Untuk poin ini, sejauh pengamatan saya, Habibie adalah salah satu tokoh nasional yang nyaris tidak memiliki saraf keangkuhan.
Padahal, kalau mau jujur, Habibie sungguh memiliki banyak hal yang membuatnya bisa dan berhak untuk angkuh, jika mau.
Selamat jalan Habibie!!!
(dalam bahasa Arab, kata habibie bermakna kekasihku)
Syarifuddin Abdullah | Den Haag, Rabu, 11 September 2019/ 12 Muharram 1441H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H