Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Di Belanda, Ritme Hidup Seakan Dikontrol Per Menit

20 Januari 2019   04:32 Diperbarui: 20 Januari 2019   19:53 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya naik bus kota dari stasiun induk Den Haag Centraal, menuju kawasan Wassenaar. Kira-kira melewati sekitar 8 halte. Dari berangkat sampai tiba di terminal tujuan, di dalam bus, ada layar yang menginformasikan bahwa bus akan tiba pada jam dan menit ke sekian pada halte A; jam dan menit sekian akan tiba di halte B dan begitu seterusnya. Dan ketibaan bus pada tiap halte jarang meleset dari menit yang ditentukan dan terbaca di layar.

Di setiap halte bus atau stasiun pemberhentian, juga terdapat layar digital yang menginformasikan bahwa kereta X atau bus Y akan tiba sekian menit lagi. Dan juga nyaris tak pernah meleset.


Konon, salah satu tradisi orang Belanda adalah "tidak suka didadak." Segala sesuatunya harus diagendakan atau janjian. Seorang teman yang sudah lama bermukim di Belanda bercerita: bila seorang pasien dokter telah menjadwalkan waktu kunjungan ke dokter pada hari dan jam tertentu, lalu pasien itu tidak datang karena alasan apapun, maka si pasien tetap harus membayar jasa dokter.

Kalau tiba-tiba seseorang ingin bertamu atau berkunjung ke rumah teman, kenalan, kolega atau tetangga sekalipun, tanpa janji sebelumnya, kemungkinan besar tuan rumah tidak akan berkenan menerima tamu yang datang sekonyong-konyong.

Bisa disimpulkan sementara bahwa orang Belanda, seperti orang Eropa pada umumnya, sangat menghargai waktu. Sisi positifnya, ritme hidup memang jadi teratur. Tapi ya itu: ritme hidup seakan dikontrol per menit. Kalau belum terbiasa, pasti akan terasa kurang nyaman dan kaku.

Syarifuddin Abdullah | Den Haag, 19 Januari 2019/ 13 Jumadil-ula 1440H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun