Ini perihal sinyal seluler, yang timbul tenggelam di kampung Gadingsari di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Jika ditarik garis (menggunakan aplikasi Galileo Pro), titik Gadingsari itu hanya berjarak sekitar 10 km dari pusat kota Magelang; atau sekitar 10 km dari lokasi wisata Ketep Pass, yang menawarkan wisata pemandangan dua puncak gunung sekaligus: Merapi dan Merbabu; atau sekitar 6 km dari Pertigaan Blabak, Mungkid Magelang.
Pada 15 Juni 2018, tepat pada hari raya Idul Fitri 2018, saya mampir di kampung Gadingsari, yang juga menjadi lokasi Pondok Gontor-6, yang terletak di semacam "lembah mini" dan diapit dua bukit. Namun sebelum masuk ke lingkungan pondok, dari jarak sekitar 500 meter, di layar handphone langsung terbaca "no internet connection".
Selama di lingkungan pondok, praktis tak ada sinyal seluler. Grafik sinyal handphone hanya satu strip, yang kadang berganti dengan kalimat status "no service".
Saya bertemu dengan beberapa wali santri penjenguk di pondok, yang datang dari berbagai daerah di Indonesia, dan semua mengeluhkan sinyal lemah itu. Bukan hanya pengguna Telkomsel, tapi juga pengguna provider seluler lainnya.
Seorang wali santri asal Riau dan juga dari Banjarmasin mengatakan, sinyal lemah ini mungkin karena lokasi pondok terletak persis di ceruk atau sejenis lembah mini, yang diapit oleh dua bukit. Makanya, tidak terpapar oleh jangkauan sinyal yang dipancarkan oleh menara BTS.
Dari titik pondok, saya melayangkan pandangan ke sekeliling lingkungan pondok (utara-timur-selatan-barat), memang tak terlihat menara BTS, sejauh jangkauan mata. Setelah keluar dari pondok dalam perjalanan pulang, saya melihat dua menara BTS ke arah barat, yang berjarak sekitar 2 km dari pondok. Tapi kedua BTS ini tak banyak membantu. Padahal menurut seorang teknisi BTS, jelajah menara BTS bisa mencapai radius 5 km.
Beberapa pengunjung menyiasati sinyal lemah itu, kalau mau menelepon atau internetan, dengan cara bergeser menaiki perbukitan (perkampungan) yang mengapit lokasi pondok. Saya juga mencobanya, dan memang sinyal seluler menjadi lebih kuat, naik menjadi dua strip, namun tidak cukup kuat untuk berselancar lincah di dunia maya. Dan masih timbul-tenggelam.
Saya bertanya kepada santri yang bertugas piket pada hari itu, apakah sinyal lemah ini terjadi pada hari-hari tertentu saja, misalnya pada periode mudik lebaran, dan santri itu menjawab, "Sinyal lemah ini terjadi sepanjang tahun, Pak".
Para pengunjung pondok agak tertolong oleh WIFI internal pondok, yang terpasang di lokasi. Tapi karena semua pengunjung mengandalkan WIFI itu, akibatnya condenced, dan akhirnya lelet juga (catatan: WIFI pondok itu sebenarnya bukan untu publik)
Saya tidak terlalu paham soal teknis penyebaran paparan sinyal seluler dari menara BTS. Namun saya berasumsi, sinyal seret ini di kampung Gadingsari ini mestinya bisa disiasati secara teknologi oleh provider seluler.