Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Donald Trump Semakin Frontal, "Time to Get Tough"

7 April 2018   09:30 Diperbarui: 7 April 2018   10:20 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: cover buku Time to Get Tough: Make America Great Again dalam amazon.com

Ketika periode kampanye Donald Trump pada Pilpres Amerika 2016, saya termasuk yang berpandangan bahwa jika pun nantinya Trump menang, ruang geraknya akan sangat terbatas untuk mengutak-atik politik dan kebijakan global Amerika, yang relatif sudah memiliki strategi yang stabil dan matang selama bertahun-tahun. Ternyata saya dan mungkin banyak orang yang keliru besar.

Donald Trump membuktikan bahwa sebagian besar gagasan-gagasannya yang dituangkan dalam bukunya Time to Get Tough: Making America #1 Again(2011) -- yang diterbitkan ulang pada 2015 dengan judul baru Time to Get Tough: Make America Great Again -- ternyata bukan isapan jempol. Konon, buku ini ditulis dalam rangka mempesiapkan dirinya untuk running for presidential election 2012, tapi ketika itu Partai Republik belum menjagokan Donald Trump.

Buku itu sebenarnya lebih fokus mengeritik berbagai kebijakan pemerintahan Barack Obama, mulai dari soal gun control (pengawasan kepemilikan senjata), healthcare (jaminan kesehatan), imigran Latino America, dan tax reform (reformasi pajak) dan beberapa isu nasional Amerika lainnya.

Dan sejak terpilih dan dilantik sebagai Presiden Amerika (20 Januari 2017), Tump sudah mengambil kebijakan radikal bidang luar negeri, politik ataupun ekonomi, yang makin ke sini makin terlihat frontal. Dan sangat menarik, sekali lagi, karena hampir semua kebijakan radikal tersebut mengacu pada gagasan-gagasannya yang tertuang dalam buku Time to Get Tough:

Pertama, pemberlakuan tarif 25 persen terhadap 1.300 produk impor dari China (yang palunya diketuk pada Maret 2018) adalah gagasan Trump yang sudah diadvokasi dan tercamtum dalam bukunya itu. Ini luar biasa, sebab gagasan itu sudah dirumuskan sekitar tujuh tahun silam.

Kedua, dalam buku itu, Trump memuji gaya kepemimpinan Vladimir Putin, tapi juga menyayangkan kenapa pemerintahan Barack Obama tidak mengambil kebijakan yang juga frontal terhadap kebijakan global dan regional Putin. Mestinya kita kaget membaca keputusan Donald Trump untuk bergabung dengan Inggris dalam aksi pengusiran diplomat Rusia.

Ketiga, kebijakan reformasi pajak yang sudah dieksekusi oleh Trump pada 2017, termasuk soal imgiran, adalah gagasan-gagasan yang dirumuskan sejak sekitar 7 tahun silam.

Keempat, meskipun dalam buku itu tidak ada paragraf yang secara eksplisit menyinggung soal Jerusalem, namun kebijakan Trump yang mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel (6 Desember 2017), lebih mengacu pada argumen bahwa kebijakan itu sebenarnya keputusan Kongres Amerika, namun selama beberapa periode kepresidenan Amerika, tak satupun Presiden Amerika yang berani mengeksekusinya. Dan Donald Trump mengeksekusinya dalam frame kebijakan yang mengacu Time to Get Tough (sudah tiba saatnya Amerika bersikap tegas).

Kelima, terlepas dari untung-ruginya kebijakan-kebijakan Trump terhadap negara lain, termasuk Indonesia, namun pelajaran penting dari Donald Trump dan bukunya Time to Get Tough adalah bahwa untuk menjadi Presiden, seorang kandidat presiden memang harus memiliki visi dan misi dan jelas. Bukan dirumuskan beberapa bulan sebelum deadline pendaftaran Capres-Cawapres.

Keenam, saya merekomendasikan membaca buku Time to Get Tough: Make America Great Again. Biar ke depan kita tidak terkaget-kaget mengamati kebijakan global Donald Trump, di bidang ekonomi, pertahanan ataupun ekonomi.

 Syarifuddin Abdullah | 07 April 2018 / 21 Rajab 1439H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun