Dengan begitu, benteng alami pelindung Benua Amerika bukan lagi sekedar perairan luas, tapi Amerika juga akhirnya menjadi wilayah pemukiman, oleh oleh orang Eropa, sebab armada-armada Eropa sudah mendekat ke pantai Amerika ketika melakukan operasi perburuan atau menjadi sasaran perburuan. Akhirnya, kapal-kapal berbendera Amerika lah yang menjadi unggulan dan andalan, yang bebas bergerak dengan muatan komoditi, yang terhindar dari aksi penyitaan. Sebab semua pihak mengambil manfaat dari kapal-kapal Amerika, atau berusaha untuk memanfaatkannya.
Dan ketika akhirnya datang zaman kapal uap, yang kemudian disusul kereta api, maka Amerika pun mulai membuka jaringan rel kereta api. Jack Beatty, editor buku Colossus menulis: bahwa bentangan rel kereta api di Amerika adalah ibarat “Penakluk jarak dan sekaligus pemersatu wilayah” yang saling berjauhan di seantero Benua Amerika”. Seperti diketahui, sejak awal Amerika memang sebuah harta karun, namun luasnya wilayah benua menjadi persoalan dan kendala tersendiri. Sebab proses untuk menembus bagian dalam benua Amerika berjalan secepat perjalanan hewan, jangkauan akses sekuat jangkauan paru-paru kuda. Begitu tiba era kereta uap di darat, berbarengan dengan kapal-kapal bertenaga uap di sungai dan danau, maka benua yang luas itupun menyerah, takluk dan siap dieksploitasi, siap menerima investasi untuk tujuan produksi dan distribusi. Dan ketika kemudian muncul teknologi telegram, benua Amerika akhirnya berubah menjadi satu jaringan ekonomi dan keuangan di wilayah yang luasnya belum pernah ada presedennya dalam sejarah: belum pernah terjadi dalam sejarah, sebuah wilayah yang begitu luas dan kaya dengan berbagai sumberdaya berubah menjadi satu jaringan ekonomi dan keuangan. Pada periode itu, muncul ungkapan yang mengatakan, “Suara gemeretak rel-rel kereta uap ibarat jantung Amerika yang terus berdenyut”.
Dan perang saudara di Amerika, meskipun berakibat fatal, namun juga mendatangkan manfaat. Sebab perang saudara mengakibatkan terjadinya mobilisasi kekuatan melalui jaringan produksi sipil ataupun militernya, termasuk industri tekstil untuk pakaian prajurit di musim dingan dan musim panas, dan di sini ada poin tambahan: pekerja di industri tekstil adalah anak-anak – karena orang dewasa pergi ke medan tempur – sementara wanita menjadi pekerja di perkebunan kapuk.
Dan ketika perang saudara berakhir, dan Amerika sukses menghilangkan gap pemisah antara bagian “utara yang industri” dan “bagian selatan yang pertanian” – dan para lelaki dewasa kembali dari medan tempur – kapitalisme Amerika telah siap dengan kekuatan penuh untuk berperan di pasar yang sangat luas. Artinya, Amerika terbantu dengan akumulasi kekayaan, melalui maksimalisasi perdagagan ketika Eropa dilanda kekacauan, dan kesempatan memacu industri akibat perang saudara, dan situasi darurat (perang) yang membuka peluang bagi semua penduduk untuk bekerja, termasuk anak-anak.
Fakta-8:
Kapitalisme Amerika tidak seperti model kapitalisme yang sebelumnya dikenal di Eropa dan Asia. Ini kapitalisme yang baru, petarung dan agresif. Kapitalisme Amerika telah berhasil melakukan akumulasi kekayaan dari tanah orang-orang Indian yang dirampas dan kemudian digarap; dari tenaga otot para budak yang diangkut dari benua lain dan dimoblisasi dengan cambuk; dari perdagangan di Samudera Atlantik kemudian Pasifik, yang dikuasai oleh Amerika di tengah absennya Eropa; dari sumber daya alam Benua Amerika yang luas dan kaya; yang telah dihubungkan oleh jaringan rel kereta secara horison ataupun vertikal; yang kemudian menjadikan Amerika menjadi satu pasar. Lalu, kapitalisme Amerika adalah kapitalisme yang “berhati besi”, yang tidak pernah mendapatkan sentuhan kebudayaan – seperti yang terjadi di Eropa – Kapitalisme yang tidak pernah dijinakkan oleh suara musik, tidak diasah oleh pentas teater abad kebangkitan, tapi juga tidak mengalami kehidupan periode dekadensi moral seperti yang dialami anggota keluarga istana-istana penguasa Eropa, seperti keluarga "Hapsburg", "Romanov" dan “Bourbon”.
Kapitalisme Eropa adalah kapitalisme feodal yang bersifat warisan, dan memerangi pendidikan. Namun langkah cerdes pertama yang dilakukan kapitalisme Amerika adalah sejak awal menyadari urgensi pendidikan, dengan logika yang sederhana: “Setiap pekerja yang belajar akan memiliki kemampuan berproduksi lebih besar, dibanding pekerja yang bodoh”. Lalu pertanyaanya: apa yang harus dipelajari?
Salah seorang penulis dalam buku Colossus kembali mengutip satu halaman penuh dari buku pelajaran yang diajarkan untuk anak-anak di sekolah dasar, yang merupakan bagian dari kurikulum yang mulai disebarkan di Negara Bagian New England pada 1833. Materi pelajaran itu disusun dalam format tanya-jawab, sebagai berikut:
Tanya: Katakanlah ada seorang kapitalis (pemodal atau investor) yang berinvestasi dan telah mendapatkan keuntungan, apakah ini merugikan kelompok pekerja?
Jawab: Sebaliknya, keuntungan besar itu justru akan membantu investor untuk membayar gaji yang lebih besar untuk para pekerjanya.
T: mana yang lebih baik, jika orang kaya menabung hartanya untuk kembali diinvestasikan, atau membelanjakan hartanya sesuai seleranya?