Pada pertengahan Desember 2017, saya tiba-tiba merasakan kebas mulai dari paha sampai ujung kaki kiri. Awalnya saya pikir gejala biasa. Jadi saya coba mengatasinya dengan jogging. Ternyata kebasnya nggak hilang-hilang.
Setelah berlangsung lebih dari sepekan, timbul-hilang, tapi lebih sering timbulnya, akhirnya saya ke dokter. Karena suasananya masih libur Natalan dan Tahun Baru 2018, rumah sakit hanya ditunggui dokter umum.
Penanganan awal tidak banyak membantu. Kebasnya tetap. Namun penjelasan dokter umum lumayan menenangkan. Sebab awalnya saya pikir setiap kebas itu adalah gejala stroke. Dan dokter umum memastikan, bila kebasnya gejala stroke, umumnya rasa kebas juga akan terasa di wajah. Dan alhamdulillah, saya tidak merasakan kebas di wajah. Tapi dokter umum tetap merekomendasikan untuk ke dokter saraf.
Singkat cerita, pada 28 Desember 2017, saya ke dokter spesialis saraf, di rumah sakit yang sama, di bilangan Jakarta Selatan.
Setelah dicek melalui EMG (Electromyogram atau Elektromiogram), dokter syaraf memastikan: saya mengalami saraf kejepit. Nama medisnya iritasi syaraf. Tapi masih kategori ringan. Yang unik, menurut hasil EMG, usia saraf kejepit saya itu sudah berlangsung sekitar 6 bulan atau sejak sekitar Juli 2017. Tapi baru terasa pada pertengahan Desember 2017.
Sebagai gambaran: EMG adalah seperangkat alat, yang dicantolkan ke tubuh melalui kabel, yang dalam kasus saya, ke bagian kaki kiri yang terasa kebas itu. Tujuannya untuk mendeteksi saraf-saraf pada tubuh, dan hasilnya atau pergerakan syaraf langsung terlihat di layar komputer, yang kalau mau bisa dicetak.
Saya coba pastikan lagi ke dokter spesialis: "Ini bukan kebas gejala stroke, Dok?"
"Bukan..." tegas dokter. Sebab, kalau kebas atau ba'al gejala stroke akan terasa juga di wajah.
"Lagi pula seluruh hasil lab Anda, tidak satu pun yang dapat memicu stroke", tegas dokter. Kebetulan pada minggu pertama Desember 2017, yakni sebelum kebas kaki itu muncul lebih konstan, saya kebetulah melakukan cek darah rutin di lab. Dan hasilnya: kolestrol, gula darah, asam urat normal semua.
Penjelasan dokter saraf tentu membuat saya makin tenang.
Saya bertanya lagi: "Gambaran perbedaan antara kebas gejala stroke dan kebas gejala sarat terjepit, apa sih dok?"