Jika mencermati bursa nama-nama Capres dan Cawapres yang mulai beredar, menurut "feeling" saya, hanya ada beberapa nama yang layak maju sebagai Capres, selebihnya adalah Cawapres.
Seperti biasanya, bakal Capres akan tunduk mengikuti minimal tiga acuan dasar, yang hampir boleh diposisikan sebagai "aksioma politik nasional": (1) popularitas awal minimal sekitar 7 persen; (2) punya Parpol atau gabungan Parpol pengusung; (3) track-record yang di atas rata-rata.
Ada beberapa syarat lain yang juga menentukan, tapi bersifat sangat relatif. Kekuatan dana misalnya memang penting. Tapi soal dana saja, nggaknendang, Bung. Lagi pula, tokoh yang memenuhi tiga syarat aksioma di atas, dengan sendirinya akan dipinang oleh banyak penyandang dana. Fenomena ini sudah terjadi berulang kali pada Pilpres-pilpres sebelumnya.
Karena itu, tokoh seperti Gatot Nurmantyo, meski mungkin memenuhi dua syarat aksioma (popularitas dan track-record), namun rada-radanya akan kerepotan mencari dukungan Parpol. Apalagi polarisasi Parpol utama saat ini, relatif sudah settle.
Pertimbangan-pertimbangan lain seperti keterwakilan wilayah (Barat dan Timur); Jawa - luar Jawa; faktor agama; nasionalis-agamis; meski tetap penting dan harus dihitung, tapi posisinya akan mengekor kepada tiga aksioma di atas. Lagi pula, pertimbangan lapis kedua ini, sejatinya hanya berlaku atau bisa dipenuhi melalui figur Cawapresnya.
Nah, jika mengacu pada aksioma tersebut, relatif agak enteng menyebut dan menganalisis beberapa nama. Dan sejauh ini, dengan catatan bahwa waktu yang tersisa hanya sekitar enam bulan lagi untuk memastikan siapa Capres dan siapa Cawapres, sekali lagi menurut feeling saya, cuma dua-tiga nama yang layak masuk daftar Capres: Jokowi, Prabowo Subianto dan mungkin Gatot Nurmantyo.
Nama-nama lain, selain yang tiga itu, sebaiknya membatasi ambisinya sebagai Cawapres saja. Jika mereka masih juga memaksakan atau ngebet jadi Capres, hampir bisa dipastikan akan "gagal sebelum bertarung". Percaya deh.
Simpulnya, pertarungan Pilpres 2019, akan kembali mengerucut pada dua nama itu: Jokowi vs Prabowo. Tokoh yang mungkin nyosor pada momen last minute, hanya Gatot Nurmantyo. Nama-nama lain, silahkan bertarung agar kelak dipinang menjadi Cawapres. Artinya juga, Pilpres 2019 kayaknya akan mengulang konstelasi Pilpres 2014.
Tentu analisis ini berdasarkan kondisi saat ini. Semuanya bisa berubah. Sebab satu-satunya yang permanen dalam politik adalah perubahan.
Syarifuddin Abdullah | 28 Nopember 2017 / 10 Rabiul-awal 1439H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H