Jika dibandingkan dengan Akbar Tanjung, yang juga pernah menjabat Ketum Golkar, Setya Novanto kayaknya jauh lebih licin. Mungkin karena itu, publik terutama warga maya (Netizen) jauh lebih kreatif dalam menyoroti kasus yang diduga melilit Novanto.
Dan berbagai sindiran Netizen yang muncul di Medsos terkait keterlibatan Novanto dalam kasus korupsi KTP-e menunjukkan ketidakpercayaan publik yang sangat tinggi terhadap semua alasan, justifikasi, aksi jungkir balik dan upaya Novanto untuk mengelak yang bertujuan membuktikan dirinya bersih dan tidak terlibat.
Saya mencatat beberapa postingan di Medsos berupa teks biasa atau meme atau video pendek, yang menyoroti aksi tabrakan Novanto, dan juga sebelumnya ketika Novanto dinyatakan tersangka kemudian pra-peradilannya dikabulkan pengadilan.
Video: seekor monyet yang memperagakan sedang naik sepeda. Tapi karena si monyet nengok kesana kemari, sang monyet dan sepedanya akhirnya menabrak pohon. Monyet terjatuh tapi tak luka, pohon yang ditabak lecet pun tidak. Pesannya, cerita mobil menabrak tiang listrik tersebut ibarat drama nyet.
Meme: gambar sebuah tiang listrik berdiri di tengah jalan (mestinya kan tiang listrik di pinggir jalan). Lalu di samping tiang listrik berdiri dua lelaki berpakaian rompi polisi, yang sedang memasang pakaian warna jingga bertuliskan "tersangka" di tiang listrik itu. Pesannya, menyindir bahwa Novanto yang menabrak tiang listru, eh malah tiang listriknya yang menjadi tersangka.
Meme: foto Novanto berpakain putih lengan pendek sedang berbaring terlentang di ranjang, yang tampak seperti ranjang rumah sakit, di hidungnya terpasang infus. Mukanya segar, dan baju putihnya bersih. Tak ada bercak darah. Yang unik karena slang infus-nya berwarna jingga, yang menurut paramedis, itu biasanya dipakai khusus untuk bayi. Tentu saja foto itu hoax. Pesannya: menyindir bahwa orang yang di foto dengan infus bayi sebenarnya bukan Novanto, tapi mungkin bayi yang baru lahir dan dinamai "Novanti" atau "Nauvanti".
Meme teks tanpa foto terbaca: "Bagus juga untuk judul skripsi: 'Peran Tiang Listrik dalam Penegakan Hukum (Korupsi) Â di Indonesia'". Pesan: meme ini perlu riset lanjutan.
Meme dengan foto Novanto berpakaian jas lengkap, terkesan sedang memberikan keterangan pers dengan kalimat: "KPK Sialan! Pura-pura sakit, sudah. Mosok sekarang (harus) pura-pura mati??? Kan capek itu, Coy". Pesannya: hanya pura-pura kecelekaan.
Buat saya, salah satu meme yang paling menarik adalah gambar kepala Novanto yang terlihat berada dalam kardus, dalam posisi sedikit mendongak dengan mata terbuka lebar, sambil (seolah-olah) bertanya heran: "Dah aman belum, Bro?" Meme ini menjadi menarik karena menggambarkan Novanto sebenarnya takut juga, namun pada saat yang sama, juga mengejek, sebab tetap bersuara dan menongolkan kepalanya, yang menunjukkan bahwa sebenarnya banyak orang yang tahu posisinya.
Sebelumnya, ketika pra peradilannya dikabulkan oleh pengadilan, muncul postingan yang sempat viral berupa satire teks, yang antara lain mengatakan begini:
"Setya Novanto yang makan cabe, malah si cabenya yang kepedasan".
Dan puluhan bahkan ratusan meme teks dan foto lainnya, yang umumnya mengirim pesan: Setya Novanto adalah tokoh yang sangat powerful, yang terkesan bisa menjinakkan seluruh lini penegakan hukum.
Tapi kalau mau jujur, meski Setya Novanto yang bulan-bulanan menjadi sasaran sindiran, buat saya, sebenarnya institusi penegak hukumlah yang mestinya merasa sebagai "sasaran sindiran yang sesungguh-sungguhnya".
Para Netizen ingin mengirim pesan: lembaga-lembaga penegakan hukum yang kadang begitu sangar, dan komitmen eksekutif untuk memberantas korupsi tanpa pilih kasih, kok bisa-bisanya dibuat tak berdaya oleh seorang Setya Novanto. Kalaupun dia mampu menjinakkan para penegak hukum dengan pundi-pundinya, berapa duit sih yang mungkin digelontorkannya, dan berapa duit sih yang mungkin diterima oleh masing-masing pengambil kebijakan dalam setiap lembaga penegak hukum.
Untuk mendorong para jajaran penegak hukum bertindak tegas sepertinya memang perlu di-bully dulu melalui tokoh selicin Setya Novanto.Â
Syarifuddin Abdullah | Washington DC, 19 Nop 2017 / 01 Rabiul-awal 1439H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H