Dalam bahasa Arab, melayat disebut aza' (), yang juga populer dengan istilah ta'ziyah. Pengertian dasarnya adalah ikut prihatin atas meninggalnya seseorang, sekaligus berempati pada keluarga yang ditinggalkan almarhum.
Kecuali beberapa kasus yang amat langka, umumnya kita akan merasa sangat kehilangan saat mendengar ada salah satu anggota keluarga inti (ayah-ibu, anak, kakak-adik) yang meninggal dunia.
Namun sikap prihatin dan empati itu akan mulai sedikit berbeda, jika yang meninggal adalah salah satu anggota keluarga inti lapis kedua (paman-bibi, sepupu, ponakan, mertua-mantu). Dalam banyak kasus, sebagian orang mungkin tidak terlalu merasa kehilangan. Artinya, meskipun secara fisik mungkin tetap hadir untuk melayat di rumah duka, namun tidak bersedih, meski tentu tidak sampai bersorak ceria.
Bahkan ada yang ekstrem: seseorang meninggal, dan diam-diam, kita malah mensyukurinya. Mungkin sambil menggerutu: rasain. Tentu saja perilaku ekstrem seperti itu tidak etis. Tapi, setiap orang akan berargumen: "Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama".
Nasehat klasik: hanya dengan kebaikanlah yang bisa membuat banyak orang merasa kehilangan ketika tiba waktunya kita meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Begitu pula sebaliknya.
Dan bercerita tentang kebaikan seseorang yang telah wafat adalah doa. Begitu pula sebaliknya, bercerita tentang keburukan seseorang yang telah wafat adalah laknat atau doa negatif.
Syarifuddin Abdullah | 06 Oktober 2017 / 16 Muharram 1439H
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI