Seperti biasanya, bayang-bayang tanpa sosok itu menyapaku tiap pagi, siang, sore dan malam. Saat kusapa balik, dia merespon dengan gerak tapi diam. Aku dan dia saling menyapa dengan paham.
Hari ini, si bayang-bayang yang tanpa sosok mencoba menjelma jadi sosok yang tanpa bayang. Berdiri di depanku, sambil berkata: "kini, aku nyata, dan siap menerima titah".
Antara bayang yang tanpa sosok, dan sosok yang tanpa bayang. Tak kuasa menahan desakannya yang timbul tenggelam. Sekalabat kemudian, kulihat sinar yang membuatku berbahagia.
Syarifuddin Abdullah | 02 Oktober 2017 / 12 Muharram 1439H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H