Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Omdo

7 September 2017   04:04 Diperbarui: 7 September 2017   04:05 2712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Omdo (omong doang) adalah bahasa gaul dan ejekan untuk menggambarkan perilaku orang yang sudah mencapai tingkat candu dalam berbohong.

Saking candunya, pelaku Omdo sendiri sering tidak bisa lagi membedakan atau bahkan lupa kapan dia berkata jujur dan kapan dia berbohong. Dan jangan coba-coba mendeteksi kebohongannya lewat mimik, atau raut wajah atau gerak bola matanya, karena akan tampak persis sama saat Omdo dan saat dia berkata jujur.

Dan pecandu Omdo bisa mengakibatkan konsekuensi fatal, karena dia tak peduli lagi pada konsekuensi lanjutan kebohongannya, terhadap orang lain apalagi terhadap dirinya sendiri.

Dan jangan salah, kebiasaan Omdo ini bisa dilakukan oleh semua lapisan umur: anak-anak, remaja, dewasa dan orang yang sudah renta. Juga bersifat lintas gender: pria ataupun wanita. Artinya, tidak mesti menjadi politisi dulu untuk menjadi Omdo.

Dan orang Omdo juga bisa ditemukan di berbagai profesi: eksekutif, judikatif dan legislatif. Pekerja profesional, pekerja informal, buruh kasar, pejabat struktural atau pegawai kantoran. Bahkan ada profesi-profesi tertentu yang hampir semua tahapan pekerjaannya adalah Omdo.

Bila dilihat dari latar belakang pemicunya, kebiasaan Omdo  merupakan perilaku yang muncul akibat akumulasi berbagai faktor: lingkungan, tuntutan kerja, kurangnya kesadaran spiritual atau keagamaan, sebagian didorong oleh sekedar iseng. Namun dari semua faktor pemicu Omdo, faktor utamanya adalah keinginan menyembunyikan sesuatu, karena tak berani dan tidak pede tampil apa adanya, ingin menipu orang lain.

Dan jangan salah juga: Omdo sebenarnya adalah perilaku yang boleh dibilang bisa terjadi pada setiap orang. Bisa terjadi antar dua orang yang sangat akrab dan punya hubungan khusus: suami-istri, kakak-adik, orangtua-anak, kolega kerja, sesama anggota tim kerja. Atau dua pasangan yang sedang kasmaran.

Perbedaannya hanya pada tingkat intensitasnya. Sebab harus diakui bahwa dalam kehidupan pergaulan keseharian di tempat kerja, di jalan dan bahkan di rumah, semua orang sering diperhadapkan pada situasi, yang memaksanya untuk Omdo.

Celaka duabelas jika Omdo dilakukan bahkan tanpa pemicu. Artinya Omdo sudah menjadi karakter dasar yang mendominasi komunikasi pergaulan. Dan terus terang, agak sulit memberikan gambaran terkait bagaimana cara  meng-handle-nya. Tapi kalau mau, ada satu kiat sederhana: jangan mudah percaya. Artinya pecandu Omdo harus diperlakukan dengan asumsi bahwa dia berbohong sampai terbukti sebaliknya, maksudnya sampai terbukti dia berkata jujur.

Singkat kata, pecandu Omdo adalah orang yang "belum selesai dengan dirinya sendiri".

Syarifuddin Abdullah | 07 September 2017 / 16 Dzul-hijjah 1438.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun