Keenam, secara ideologi ekonomi, China menerapkan sistem “satu negara, dua sistem”. Di bidang ekonomi menerapkan liberalisasi terukur. Dandi bidang politik dan sosial, lebih menerapkan sistem tirai bambu komunis, yang dikendalikan sepenuhnya oleh Polit Biro di Partai Komunis China. Dengan dua pendekatan ini, China mengontrol penuh kehidupan politik dan sosial dalam negerinya, tapi ke luar negeri, China memiliki ruang manuver yang lentur dengan negara manapun.
Ketujuh, suka tidak suka, dan orang sering lupa bahwa China adalah negara yang memenuhi semua syarat sebagai negara superpower, adikuasa: Hak veto di PBB, militer yang besar, kekuatan dan pertumbuhan ekonomi di semua lini, teknologi nuklir, inovasi IT, penjelajahan dan observasi angkasa luar, dan kini sedang membangun armada lautnya. Dan China merupakan salah satu dari lima negara anggota Dewan Keamanan PBB yang memiliki keunggulan, yang tidak dimililiki oleh negara manapun: jumlah penduduk yang sangat jumbo, yang menjadi keunggulan pasar.
Sesekali, posisinya sebagai negara adikuasa, kadang digunakan China, yang kalau digambar dalam bahasa gaul ketika berhadapan dengan negara tertentu, China akan bilang seperti ini: benar lho mau ngelawan gua? Pikir dong!
Kedepalan, ibarat pendekar kungfu yang menguasai dan matang dalam segala jurus, China tidak akan mempan digertak, percaya deh. Tidak juga akan grasa-grusu mencari lawan, apalagi berkoar jumawa. Tapi dalam kondisi dipojokkan, akan tiba saatnya China menggunakan jurus unggulannya: melalui satu-dua-tiga gerakan saja untuk melumpuhkan lawan.
Kesembilan, dengan segala kekuatan yang dimilikinya, China adalah negara yang siap bermain dengan napas panjang. China tidak akan mudah terpancing dengan provokasi murahan bahkan oleh negara besar sekalipun sekelas Amerika Serikat.
Syarifuddin Abdullah | Rabu, 22 Maret 2017 /24 Jumadil-akhir 1438H.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H