Lagian itu pidato politik, dan Ibu Mega memang salah satu jagonya. Sama sekali bukan pidato pemikiran ideologis yang memang bukan kelasnya Ibu Mega.
Syarifuddin Abdullah | Jumat, 13 Januari 2017 / 15 Rabiul Tsani 1438H
LAMPIRAN: Transkrip cuplikan pidato Megawati Soekarnoputri pada HUT PDIP, 10 Januari 2017:
“... Apa yang terjadi di penghujung di tahun 2016 dimaknai sebagai cambuk yang mengingatkan kita terhadap pentingnya Pancasila untuk mendeteksi segala likus tameng proteksi terhadap tendensi hidupnya ideologi tertutup yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Ideologi tertutup tersebut bersifat dogmatis. Ia tidak berasal dari cita-citanya yang hidup di dalam masyarakat. Ideologi tertutup tersebut hanya muncul dari suatu kelompok tertentu yang dipaksakan diterima oleh masyarakat.
Mereka memaksakan kehendak sendiri. Tidak ada dialog apalagi demokrasi. Apa yang mereka lakukan hanyalah kepatuhan yang lahir dari watak kekuasaan totaliter dan dijalankan dengan totaliter pula. Bagi mereka teror dan propaganda adalah jalan kunci tercapainya kekuasaan. Syarat mutlak kehidupan ideologi tertutup adalah lahirnya aturan-aturan hingga dilarangnya pemikiran kritis. Mereka menghendaki keseragaman dalam berdikir dan bertindak dengan memaksakan kehendaknya.
Oleh karenanya pemahaman terhadap terhadap agama dan keyakinan sebagai bentuk kesosialan pun dihancurkan bahkan kalau bisa dimusnahkan. Selain itu demokrasi dan keberagaman, dalam ideologi tertutup tidak ditolerir. Karena kepatuhan total masyarakat jadi tujuan. Tidak hanya itu, mereka benar-benar antikebhinekaan kita. Itulah yg muncul dengan berbagai persoalan SARA akhir-akhir ini.
Di sis lain, para pemimpin yang menganut ideologi tertutup pun memposisikan diri mereka sebagai “para peramal masa depan”. Mereka dengan pasti meramalkan yang akan terjadi di masa datang, termasuk dalam kehidupan setelah fana (akhirat). Padahal notabena mereka sendiri tentu belum pernah melihatnya. Apa yang disampaikan di atas idiologi tertutup jelas bertentangan dengan Pancasila....”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H