Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Polisi Metro Jaya Bersongkok dan Bersorban Pula

2 November 2016   14:12 Diperbarui: 2 November 2016   20:12 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: news.okezone.com

Seingat saya, ini pemandangan pertama dalam sejarah republik. Pada acara apel pagi Polda Metro Jaya, bersama unit keamanan lainnya, di halaman Monas Jakarta pada 2 Nopember 2016, terlihat foto-foto prajurit coklat itu mengenakan pakaian “atribut tambahan”: bertopi haji warna putih, berserban putih pula. Awalnya, saya pikir aparat keamanan dari salah satu negara Arab.

Tapi ternyata, “Ini pasukan Brimob yang khusus berdzikir dan bersholawat supaya meredakan emosi danbikin hati adem para demonstran” ujar Kapolri Tito Karnavian di lapangan Monas... (news.okezone.com 2016/11/02).

Wow. Sentuhan spritual rupanya. Dan setiap sentuhan spritual adalah pengalaman yang sangat personal. Tak seorang pun, saya atau Anda, yang mampu mengomentari apalagi mengintervensinya.

Tapi jika songkok haji dan sorban putih dimaksudkan untuk menarik simpati para pendemo 4 Nopember 2016, saya berani memastikan, itu enggak bakal ngefek. Terkesan terlalu menyederhanakan persoalan.

Kalau dimaksudkan menampilkan “sesuatu” yang dapat menjadi pengalih perhatian pada hari aksi, mestinya justru ditampilkan pada tanggal 4 Nop, ketika para polisi bersorban ikut mengamankan demo. Efek pengalihannya akan lebih besar karena faktor dadakan. Tapi karena sudah ditampilkan dua hari sebelum hari H, efek dadakan dan surprise-nya sudah berkurang.

Bila bertujuan mendekatkan identitas aparat dengan para pendemo, boleh jadi manjur. Tapi para pendemo yang kebetulan memang banyak yang mengenakan gamis warna putih, tidak gampang juga tergoda dengan pendekatan identitas pakaian. Para pendeta dan rahib Yahudi dan Kristen di sebagian besar negara Arab bergamis dan berjenggot panjang juga.

Kebijakan mengenakan songkok haji dan sorban tentu tidak salah. Makanya, jangan juga disinisi. Dan sangat dimungkinan ada di antara para polisi itu – dan aparat keamanan lainnya – yang lebih alim dan lebih bagus praktek ibadahnya dibanding para pendemo.

Maka silahkan menafsirkan perintah mengenakan songkok haji dan sorban putih itu. Tapi mari mencermati aksi 4 Nop secara proporsional. Aksi 4 Nop adalah aksi protes lanjutan dari aksi pertama, yang menuntut adanya proses hukum terhadap Ahok, dengan dugaan tudingan penistaan agama. Setelah pernyataan Polri bahwa pemeriksaan Ahok menunggu izin Presiden, publik kemudian memposisikan Presiden Jokowi melindungi Ahok. Maka pendemo pun mengalihkan aksinya ke Istana.

Silahkan juga berimprovisasi berdasarkan dinamika perkembangan setiap kasus. Tapi Bangsa dan negara ini harus dibiasakan dan karena itu membutuhkan kebijakan yang mendasar, bukan solusi improvisasi yang hanya menyentuh permukaan, dan terkesan menghindari inti persoalannya.

Syarifuddin Abdullah | Rabu, 02 Nopember 2016 / 2 Safar 1438H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun