Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ledakan di Manhattan, New York, 17 September 2016

18 September 2016   22:03 Diperbarui: 18 September 2016   22:34 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu ledakan: Sabtu malam, 17 September 2016, sekitar pukul 20.30. TKP: Jalan 23rd, di kawasan Chelsea yang terletak antara Sixth Avenues and Seventh Avenues di Manhattan, New York, Amerika Serikat. Sumber ledakan berasal dari tempat sampah, yang terletak di depan gedung 14 lantai, yang khusus untuk orang tunanetra.

Sebuah camera CCTV yang terletak di seberang jalan memperlihatkan saat-saat terjadinya ledakan di jalan yang sedang ramai pejalan kaki, dan warga sedang menjalani weekend (libur akhir pekan).

Jumlah korban 29 orang, salah satunya adalah anak berusia 8 tahun, yang sedang duduk di kursi belakang mobil yang lewat di dekat sumber ledakan, dan terkena imbas ledakan.  Namun menurut pihak rumah sakit, tidak satupun korban yang mengalami cedera berat. Tak lama setelah kejadian, di dekat lokasi ledakan, polisi menemukan alat dapur berupa penggorengan, yang dikemas dengan penutup, yang juga diduga bom.

Sebagai catatan, ledakan Manhattan terjadi hanya beberapa jam setelah penemuan bom pipa, juga di tempat sampah, di pantai New Jersey, di dekat lomba untuk kegiatan amal yang sedang diselenggarakan oleh Korps Maritim Amerika. Ledakan ini tidak mengakibatkan korban. Tampaknya bom gagal meledak karena rusak, dan dibuat dengan cara yang tidak benar (rudimentary). Di dekat TKP, polisi juga menemukan tiga bom pipa lainnya yang diikat menjadi satu dan belum meledak.

Catatan:

Pertama, ledakan Manhattan, dan bom pipa yang gagal meledak di New Jersey menjadi menarik, karena terjadi persis satu pekan setelah peringatan 16 tahun peristiwa 9/11, yang meruntuhkan menara kembar di New York pada 2001.

Kedua, ledakan Manhattan boleh dikategorikan low explosive (berdaya ledak rendah), karena merupakan bom improvised bom atau homemade bom. Meskipun demikian, pelaku tetap mampu mengirim pesan teror, dan cenderung bertujuan “mengejek” aparat keamanan Amerika.

Ketiga, dalam konferensi pers beberapa jam setelah ledakan, Walikota New York, Bill de Blasio menyebut ledakan Manhattan adalah tindakan yang disengaja (an intentional act), dan para penyelidik belum mendeteksi keterkaitannya dengan organisasi teror. Pernyataan ini menunjukkan bahwa aparat keamanan Amerika cukup hati-hati mengaitkan ledakan itu dengan salah satu organisasi teror. Namun, seperti pengalaman sebelumnya, patut diduga bahwa pada akhirnya akan muncul penegasan bahwa bom itu didalangi oleh seseorang atau kelompok simpatisan salah satu organisasi teror. Dan biasanya akan mengarah ke anasir ISIS. Tapi istilah “intentional act” dapat dimaknai sebagai aksi rekayasa. Tapi oleh siapa dan untuk apa?

Keempat, mengacu pada kasus ledakan berskala kecil sebelumnya di Amerika, hampir semua pelakunya adalah warga negara Amerika, yang merupakan keturunan dari negara-negara yang Muslim. Poin ini, jika dikaitkan dengan ledakan Manhattan, sangat berpotensi akan kembali dieksploitasi oleh Calon Presiden Donald Trump untuk menjustifikasi bahwa sikapnya yang keras terhadap komunitas Muslim Amerika dan imgiran Muslim di Amerika bukan berangkat dari pepesan kosong. Dalam salah satu komentarnya, Donald Trump mengatakan, “We have no choice but to bom them” (tidak ada pilihan lain kecuali kita harus membombardir mereka).

Kelima, ledakan Manhattan dan beberapa ledakan skala kecil lainnya di Amerika paska peristiwa 9/11 mengirim semacam pesan paradoks. Sebab sejak 2001 sampai saat ini, Amerika sibuk memerangi kelompok teror di negara-negara lain, kadang terlibat dengan kekuatan penuh, namun di dalam negeri sendiri, dari waktu ke waktu, Amerika tetap mengalami ancaman teror yang sangat real dan di depan mata.

Keenam, kalau dicermati, hampir semua ledakan di Amerika paska 9/11, termasuk Bom Boston Marathon yang mencederai 260 pada 2013, menggunakan bom yang biasa dikategorikan improvised bom atau homemade bom. Artinya, kelompok teror di Amerika – apapaun latar belakang dan tujuannya – sulit dibayangkan akan mampu melakukan aksi teror sekelas Peristiwa 9/11. Tapi kalau kelompok teror masih masih mampu melakukan aksi peledakan di jantung kota-kota besar Amerika, itu berarti bahwa War on Terror belum akan berakhir dalam waktu dekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun