Selagi sempat, bercandalah dengan putra-putrimu, karena tak terasa waktu berjalan, usia mereka bertambah, kesempatan itu akan segera hilang, dan tidak akan terulang.
Kata orang, kakek/nenek yang senang bercanda dengan cucu-cucunya, konon antara lain karena kakek/nenek itu kurang bercanda dengan putra-putrinya selagi sempat dulu.
Bermainlah kuda-kudaan, yang mungkin bisa membuat lututmu lecet atau punggungmu pegal-pegal, tapi itu tak ada nilainya bila dibanding rekaman keceriaan yang tertanam di alam bawah sadar putra-putimu.
Ber-ciluk baa-lah sesering mungkin, sampai kecapean, bila ciluk baa itu bisa membuat putra-putrimu cekikikan.
Gelitiklah putra-putrimu sampai mereka tertawa terbahak-bahak, dan tertawalah bersama mereka. Bila putra-putrimu itu membalas menggelitik Anda, tertawalah! Bila Anda merasa tak geli, berpura-puralah tertawa! Momen-momen seperti ini sungguh tak terbeli.
Bila tiba-tiba si anak minta digendong, gendonglah! Sebab pasti akan tiba saatnya dia akan malu digendong, dan Anda pun akan risih menggendongnya
Berceritalah, berdongenlah, walaupun cerita dongen itu berulang-ulang (kalau tidak kreatif, seperti saya) dengan mimik yang mengesankan Anda seorang ayah/ibu yang peduli; sesekali, kalau pandai ber-acting, Anda bisa memposisikan diri sebagai tokoh cerita dongen itu.
Sebab, materi cerita memang penting, tapi jauh lebih penting adalah kepedulian, keinginan untuk merawat kebersamaan dengan sang buah hati.
Dan semua itu, Anda-dia-saya bisa melakukannya dengan spontan, tanpa harus manjadi kaya dulu atau belajar teori-teori mendidik anak. Bercanda dengan si buah hati mungkin akan lebih bermakna dibanding boneka dan aneka mainan lainnya.
Syarifuddin Abdullah | Jumat 19 Februari 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H