Perbedaan menjadi alasan sebuah perpecahan. Apalagi di era seperti sekarang ini yang pesat dengan adanya adu domba di berbagai kalangan dan negara yang acap kali menimbulkan permusuhan bahkan pertumpahan darah. Kita sudah tidak asing lagi dengan pertumpahan darah yang sepanjang tahun marak terjadi di kawasan asia timur tengah. Seolah pertumpahan darah itu bukan lagi momok yang pantas dibinasakan dari muka bumi. Pertumpahan darah justru menjadi “booming” dan bahkan telinga kita sudah tidak kaget lagi mendengarnya. Banyak usaha telah ditempuh agar pertumpahan darah segera redup. Entah cara itu benar-benar dilakukan dengan kesungguhan atau hanya sekedar klise yang menipu mata dan pendengaran seluruh umat manusia di dunia. Karena pada kenyataannya semakin tua usia dunia semakin melebar korban pertumpahan darah. Semakin banyak penderitaan diciptakan atas adu domba itu sendiri.
Mengingat keberagaman di Indonesia sangat banyak hingga kadang sulit untuk dihitung sejumlah berapakah keberagaman itu ada dimulai dari yang paling sakral yaitu agama hingga suku bangsa dan bahasa serta masih banyak lagi keberagaman yang ada. Maka solidaritas merupakan salah satu cara yang paling ampuh untuk mencegah adanya pertumpahan darah, yaitu dengan mengedepankan rasa hormat dan saling membutuhkan bukan rasa paling hebat dan paling benar.
Karena pada hakikatnya kita sama-sama makhluk hidup yang lemah, yang mempunyai ego, tetapi dalam keadaan seperti sekarang jika kita mengedepankan ego dan kebenaran pribadi maka keenyahan sebuah negara bukan lagi hal mustahil. Memang bukan hal yang mudah jika secara prinsipil kita memandang bahwa tentu saja kita, dalam tanda petik “kita” sebagai sebuah persatuan etnis atau organisasi agama sudah beranggapan bahwa ajaran “kita” yang terbaik sehingga timbul penghinaan atau perendahan terhadap golongan maupun kelompok lain apalagi hingga timbul pemaksaan yang dapat memicu ketegangan maka anggapan yang demikian bukan lagi suatu kebenaran. Karena kebenaran adalah sesuatu yang membawa keselamatan secara bersama-sama.
Sebanyak apapun keberagaman yang ada seharusnya adalah sesuatu yang pantas untuk Indonesia jaga dan bukan hal yang menimbulkan pertentangan. Menghormati otoritas yang ada saat ini adalah hal paling mudah untuk dilakukan, menjaga norma yang sudah ada dan menerapkan nilai yang berlaku dalam hidup berdampingan dalam keberagaman harus dilaksanakan dengan kesadaran agar bhinneka tunggal ika bukanlah sebuah slogan semata tetapi rumusan yang benar-benar mengakar dalam kehidupan sehari-hari seluruh masyarakat Indonesia.
Sehingga setelah timbul pemahaman terhadap pentingnya solidaritas akan timbul pemahaman baru bahwa setiap individu maupun kelompok mempunyai hak yang sama dalam menyerukan pendapat tanpa harus merendahkan individu maupun kelompok lain. Setiap individu maupun kelompok juga harus menghormati indahnya perayaan yang dilaksanakan oleh individu maupun kelompok lain. Cerminan tersebut dapat kita saksikan dari indahnya pesona pasar gede semasa perayaan imlek. Kita menyadari sepenuhnya bahwa perayaan imlek adalah perayaan sebuah agama yang diakui di Indonesia, tetapi hal tersebut bukanlah sebuah halangan bagi masyarakat yang beragama lain untuk menikmati indahnya imlek. Di kota Solo, kota di Jawa Tengah yang sarat dengan keberagaman, suasana imlek adalah suasana yang bisa mengingatkan kita artinya solidaritas.
Karena bagaimanapun jika satu individu maupun kelompok tertentu membuka solidaritas yang lebar tetapi kesempatan tersebut akhirnya disalahgunakan oleh individu maupun kelompok lain maka hal ini bukanlah sebuah solidaritas yang sempurna. Sebagaimana kita semua mungkin mengetahui secara pasti bagaimana hal tersebut terjadi di asia timur tengah, dimana solidaritas disalahgunakan dan akhirnya menjajah sekelompok pemberi solidaritas. Bagaimana hal itu bukan hal yang sangat disayangkan, sangat disayangkan jika kejadian tersebut melanda tanah Indonesia tercinta. Tetapi dengan “beragam tetap satu” harus dipahami bahwa keberagaman bukan alasan untuk saling membenci justru keberagaman adalah sebuah kodrat kehidupan yang harus diterima dan dijalani dengan solidaritas dengan tetap menjaga persatuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H