Mohon tunggu...
Sabastian Liu
Sabastian Liu Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Pelajar di tingkat Sekolah Menengah ke-Atas

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Pasasr Mobil Listrik

8 November 2024   19:39 Diperbarui: 8 November 2024   21:20 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Kendaraan-kendaraan bermotor kini telah beranjak memasuki masa perubahan elektrifikasi untuk menyesuaikan dengan perubahan iklim dunia yang semakin mengkhawatirkan. Namun, baru-baru ini terlihat penjualan mobil listrik pasar global mulai lesu dengan di Inggris sendiri, banyak kekhawatiran muncul karena terlihat penurunan harga tajam terhadap pasar mobil listrik bekas. Hal tersebut didampingi dengan surutnya infrastruktur stasiun pengisian cepat karena kekhawatiran adanya jangkauan mengemudi yang tidak sejauh dalam mobil tradisional. Selain itu banyak yang memiliki rasa ketidakpastian karena anggapan bahwa teknologi akan meningkat secara pesat dalam waktu yang singkat, sehingga lebih memilih menunggu waktu beberapa tahun untuk model berikutnya daripada membeli kendaraan sekarang yang cepat untuk kehilangan nilainya. 

Di belahan lain dunia, Toyota menunda tanggal rencana produksi kendaraan listrik di AS karena melemahnya permintaan global. Dengan rencana awal membuka untuk memulai produksi pada akhir tahun 2025 atau awal 2026, telah ditunda selama waktu yang tidak ditentukan pada 2026. Perusahaan kendaraan ternama Volvo juga telah menyesuaikan ambisi untuk memproduksi kendaraan listrik sepenuhnya pada tahun 2030 karena kondisi pasar yang berubah meskipun baru mengumumkan target tersebut tiga tahun yang lalu. Kini mereka mengharapkan 90% dari produksinya terdiri dari kendaraan listrik dan kendaraan hybrid. 

Namun, masa depan yang cerah terlihat bagi pasar kendaraan listrik di tanah air dengan berbagai prediksi telah dihasilkan yang melihatkan optimisme semakin berkembangnya pasar kendaraan listrik. Hal tersebut selaras dengan berbagai upaya yang menguntungkan seperti pengurangan pajak, pemberian insentif, pembangunan infrastruktur yang memadai, dlsb. Pengurangan pajak sebesar 10% akan diberikan bagi kendaraan listrik yang memiliki tingkat lokalisasi atau Tingkat Kendaraan Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40%, sehingga dari PPN awal sebesar 11% akan ditanggung pemerintah (DTB) menjadi 1% saja. Model dan tipe kendaraan yang memenuhi syarat TKDN pun sudah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Perindustrian (Kemenperin) Nomor 1641 Tahun 2023, serta kriteria nilai yang memperhatikan keselarasan dengan Perpres Nomor 55 Tahun 2019. 

Target infrastruktur pun sudah berhasil tercapai pada tahun 2023 lalu, dengan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) berhasil terbrangun 932 unit dan Unit Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKU) mencapai 1.772 unit. Total 2.704 unit SPKLU dan SPBKU dari target sebanyak 1.035 unit mencapai 261% dari target. Ketersediaan SPKLU hingga Agustus 2024, berdasarkan Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PLN, Hartanto Wibowo, sudah mencapai 2.015 unit dan diikuti oleh peningkatan jumlah SPBKLU yang mencapai 2.182 tersebar di seluruh Indonesia. Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, mengungkap bahwa untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik, pemerintah harus terus memperbanyak pembangunan stasiun pengisian kendaraan listrik yang diperkirakan pada tahun 2030 mendatang, membutuhkan 32.000 unit SPKLU. 

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales (pabrik ke dealer) mobil listrik nasional tercatat 9.729 unit pada Januari-Mei 2024. Angka tersebut melonjak sebesar dua kali lipat dibandingkan periode sama pada tahun lalu yang mencatat angka 4.640. Penjualan Pada  Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto, mengatakan pada bulan Juni lalu bahwa tren positif penjualan mobil listrik akan terus berlanjut pada bulan-bulan kedepannya dengan hal didukung oleh adanya pameran otomotif seperti GIIAS 2024. 

Pada bulan Juli yang lalu, Vice President Wuling Motor, Arif Pramadana, menyampaikan bahwa Wuling telah berhasil menguasai 52 persen pasar mobil listrik di Indonesia selama periode Januari hingga Juni 2024. Dalam kurun tujuh tahun, Wuling juga menghadirkan 7 lini produk mobil dari segmen ICE, Hybrid, dan juga EV untuk memberikan beragam pilihan bagi kebutuhan mobilitas konsumen. Berdasarkan Arif, Wuling telah meraih sejumlah pencapaian seperti EV brand no.1 di Indonesia, Top Brand Otomotif, dan Jawa Pos 7 Most Popular Brand of the Year 2024. 

Pemerintah Indonesia pun telah memutuskan sebuah target yang ambisius bagi pasar mobil listrik pada tahun 2030. Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana mengungkapkan dalam diskusi panel High-level Closed-Door Ministerial Discussion, bahwa Pemerintah Indonesia menargetkan 2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unit kendaraan listrik roda dua untuk mengaspal pada tahun 2030. Dadan mengakui masih terdapat kesenjangan harga yang tidak proporsional antara kendaraan listrik dengan kendaraan berbasis bensin dan mengungkap bahwa Indonesia telah menyiapkan dana sebesar USD 455 juta untuk mensubsidi penjualan 800 ribu sepeda motor listrik baru dan konversi 200 ribu motor bermesin pembakaran. Lebih lanjut, untuk mengurangi emisi transportasi, tahun ini pemerintah telah mengalokasikan 11,8 juta ton biodiesel seiring dengan peluncuran campuran 35% minyak sawit untuk biodiesel atau dikenal sebagai B35. 

Perkembangan kendaraan listrik saat ini bisa diibaratkan seperti transisi dari lampu minyak ke lampu listrik pada awal abad ke-20. Pada masa itu, lampu listrik menawarkan janji kemudahan dan efisiensi energi yang lebih besar, namun infrastruktur yang terbatas dan harga awal yang tinggi membuat banyak orang tetap menggunakan lampu minyak, terutama di daerah yang lebih terpencil. Mereka yang lebih maju mulai mencoba beralih ke lampu listrik, namun sebagian tetap ragu karena perkembangan teknologi yang cepat membuat mereka khawatir bahwa lampu yang baru dibeli akan segera menjadi barang kuno.

Demikian pula, dengan kendaraan listrik, meskipun menawarkan potensi efisiensi energi dan mengurangi emisi karbon, masih banyak tantangan yang harus diatasi. Infrastruktur stasiun pengisian cepat yang terbatas dan penurunan harga mobil listrik bekas menciptakan ketidakpastian bagi calon pembeli. Mereka mungkin berpikir bahwa kendaraan listrik yang tersedia saat ini akan segera tergantikan oleh teknologi yang lebih canggih dan lebih murah, sehingga memilih untuk menunda pembelian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun