Bank Muamalat adalah bank syariah yang berdiri pada tahun 1991 di Indonesia. Selama periode 2017-2022, Bank Muamalat mengalami beberapa permasalahan yang mempengaruhi kinerjanya. Berikut adalah beberapa permasalahan yang terjadi pada Bank Muamalat selama periode tersebut:
Bank Muamalat mengalami penurunan laba bersihÂ
Bank Muamalat Indonesia Tbk mengalami penurunan laba bersih dari tahun 2017 ke tahun 2022. Berikut beberapa rinciannya:
- Laba bersih tahun 2017 sebesar Rp 249.390.000.000
- Pada tahun 2018 laba bersih turun menjadi Rp 41.348.000.000
- Pada tahun 2019 laba bersih kembali turun menjadi Rp 16.326.331 jutaÂ
- Pada tahun 2020 laba bersih sebesar Rp. 10,02 miliar, menurun 38,6% dari tahun sebelumnya.Â
Dari hasil beberapa penelusuran yang menyebabkan turunnya laba bersih Bank Muamalat Indonesia Tbk dari tahun 2017 ke 2022. Namun, beberapa sumber menyebutkan bank tersebut menghadapi masalah terkait kurangnya suntikan modal dan kredit macet sejak 2015.Â
Berikut adalah beberapa masalah terkait pembiayaannya
- Bank Muamalat terlalu fokus pada pendanaan korporasi sehingga mengakibatkan Non Performing Financing ( NPF )
- Pada 2015, Bank Muamalat menghadapi kekurangan modal dan pemegang saham lama enggan menyuntikkan dana segar Pembiayaan bank di masa pandemi dianalisis dalam analisis SWOT yang merupakan produk perbankan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Bank Muamalat memiliki tingkat pembiayaan bermasalah yang tinggi di tahun 2015, khususnya pembiayaan murabahah.
- Kinerja keuangan bank telah dianalisis melalui berbagai rasio keuangan, seperti rasio likuiditas, untuk meminimalkan peningkatan pembiayaan bermasalah. Terlepas dari tantangan tersebut, Bank Muamalat mencatatkan peningkatan laba sebelum pajak yang signifikan di tahun 2023.
Bank Muamalat menghadapi masalah kecukupan modalÂ
Di masa lalu, namun telah terjadi perbaikan dalam beberapa tahun terakhir.
- Pada tahun 2017, Bank Muamalat menghadapi kekurangan modal sebesar RM2,7 miliar, yang diatasi melalui suntikan modal dari Khazanah Nasional Berhad
- Di tahun 2021, Bank Muamalat berhasil mengimplementasikan strategi untuk memperkuat ketahanan dalam operasionalnya dan meningkatkan dukungan bagi pemangku kepentingan, sehingga menghasilkan pertumbuhan yang signifikan di tahun yang penuh tantangan.
- Per Desember 2021, Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Muamalat sebesar 23,76% meningkat menjadi 32,70% per Desember 2022. Sebuah penelitian pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk menemukan bahwa tingkat profitabilitas dan risiko pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kecukupan modal pada bank tersebut. Secara keseluruhan, meskipun Bank Muamalat menghadapi masalah kecukupan modal di masa lalu, perbaikan baru-baru ini menunjukkan bahwa bank tersebut berada pada pijakan yang lebih stabil sekarang.
Strategi yang telah diterapkan bank untuk mengatasi masalah ini
Bank Muamalat mengalihkan fokus dari corporate funding ke retail financing untuk menekan pembiayaan bermasalah. Bank telah menerapkan rencana strategis 5 tahun baru yang lebih menekankan pada penguatan bank dalam memajukan masa depan yang lebih berkelanjutan. Bank Muamalat telah meningkatkan rasio kecukupan modal (CAR) dari 23,76% pada Desember 2021 menjadi 32,70% pada Desember 2022.
Bank juga telah meningkatkan efisiensi operasional, likuiditas, dan manajemen risiko pembiayaan untuk meningkatkan profitabilitas. Bank Muamalat membukukan peningkatan laba bersih yang signifikan, mencapai Rp 31,61 miliar per September 2022, meningkat 332,42% dibandingkan tahun sebelumnya.
Secara keseluruhan, Bank Muamalat telah menerapkan berbagai strategi untuk mengatasi masalah masa lalu dan meningkatkan kinerja keuangannya. Strategi tersebut antara lain mengalihkan fokus ke pembiayaan ritel, meningkatkan rasio kecukupan modal, meningkatkan efisiensi operasional dan manajemen risiko, serta membukukan peningkatan laba bersih yang signifikan.