Mohon tunggu...
Bang Oke
Bang Oke Mohon Tunggu... -

Bang Oke (Sabang-Meroke) my country, right or wrong....\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Peduli Batas Negeri (1)

31 Agustus 2013   22:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:33 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_262706" align="aligncenter" width="468" caption="menapaki 329 anak tangga menuju ke ketinggian Pulau Rondo (Dok . pribadi)"]

13779628422081516354
13779628422081516354
[/caption]

“Pulau Rondo perlu diisi oleh rakyat Aceh, generasi yang punya jiwa pertualangan untuk mengembangkan sektor pariwisata di sana,” kata Hayono Isman   dalam kunjungan kerja Komisi I DPR RI ke Aceh akhir Juni lalu. Mantan Menpora ini juga berharap adanya perhatian Pemerintah Pusat untuk memberdayakan Pulau Rondo, upaya menjadikan kawasan wisata karena alamnya yang cukup indah. http://www.beritadewan.com/antisipasi-terulangnya-kasus-sipadan-ligitan-pulau-rondo-harus-dikelola-dengan-baik/

Menapaki 329 anak tangga menuju puncak Pulau Rondo menjadi sebuah pengalaman yang menantang. Untunglah ratusan anak tangga ini berada di antara pepohonan nan rindang, sehingga para pendaki selalu terlindung dari sengatan terik matahari. Setelah menempuh separuh pendakian, kita akan menyadari bahwa Pulau ini ternyata sangat subur.

Di ketinggian tampak aneka pepohonan seperti mangga, kelapa, kecapi, kayu hutan, dan masih banyak jenis pohon lainnya yang tumbuh subur di atas 80 meter dari permukaan laut (dpl). Untuk mencapai bibir pantai, kita harus berenang sekitar 10 meter karena perahu kecilpun tak bisa merapat ke pantai yang berbatu karang ini.

Kebijakan Pengelolaan

Nama Pulau Rondo tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar.

[caption id="attachment_262711" align="aligncenter" width="459" caption="dok. pribadi"]

1377963187603491801
1377963187603491801
[/caption]

Disini terdapat titik referensi (TR) dan Titik Dasar (TD) 117, yaitu satu dari 183 Titik Dasar (base point) yang terletak di pantai-pantai terluar (di 92 pulau terluar) wilayah NKRI untuk mengukur batas Laut Teritorial sekaligus untuk menetapkan batas wilayah dengan negara tetangga.

Jauh sebelum itu, sebetulnya nama Pulo Rondo sudah masuk dalam dokumen negara sejak 1899, yaitu Besluit No.25 tanggal 18 September 1899. Arsip ini menguraikan kedudukan Gubernur  Belanda di Aceh beserta daerah di bawah kekuasaannya. Termasuk pulau Rondo yang menjadi bagian Kabupaten Sabang.

[caption id="attachment_262708" align="aligncenter" width="444" caption="Prasasti di Pulau Rondo (dok. pribadi)"]

13779630191936407610
13779630191936407610
[/caption] Di pulau ini ada sejumlah fasilitas yang dibangun Pemerintah kita, sepertimercusuar yang berdiri kokoh di puncak pulau, landasan helipad dan sebuah tugu sebagai tanda kepemilikan pulau oleh Indonesia. Tugu ini sudah direkondisi dan diresmikian oleh Menhan Poernomo Yoesgiantoro tanggal 3 Juli 2010 yang lalu.

Di Pulau ini juga terdapat dua kuburan tua. Konon, ini adalah kuburan warga Aceh yang meninggal saat melakukan perjalanan haji menggunakan kapal laut.

[caption id="attachment_262710" align="aligncenter" width="491" caption="basecamp Pamtas P. Rondo (dok. pribadi)"]

1377963118783426228
1377963118783426228
[/caption] Untuk menjaga Pulau ini dari itikad buruk negara lain, Pemerintah telah menempatkan 34 orang Satuan Tugas Pengamanan Pulau Terluar, terdiri dari 24 orang dari anggota Marinir TNI-AL  dan 10 orang anggota TNI-AD serta 3 orang petugas mercusuar dari Ditjen Hubla Kemenhub, sehingga jumlah penghuni tetap di pulau ini berjumlah 37 orang. Mereka menempati sebuah bangunan semi permanen yang dijadikan basecamp. Aktivitas Masyarakat

Sehari-harinya, Pulau Rondo menjadi tempat persinggahan para nelayan tradisionil  dari Banda Aceh dan Sabang yang mencari ikan tuna dan ikan marlin menggunakan perahu “pancung”. Sekitar pulau ini memang dikenal menjadi habitat dari dua jenis ikan ini. Potensi ikan ini sudah dimanfaatkan warga Aceh sejak zaman nenek moyang mereka. Pada musim angin barat, para nelayan menjadikan pulau ini sebagai tempat berlindung dari terpaan gelombang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun