Selain kegiatan-kegiatan budaya, wisatawan juga bisa menikmati langsung kuliner kahas Mentawai yang semau bahanya berasal dari alam dan di olah secara tradisional. beberapa makanan dijadikan sebagai makanan pokok dan beberapa yang lain benyak di sajikan saat upacara adat dan sisahnya sebagai makanan pelegkap sehari hari-hari. berikut adalah makan kahs masyarakat Mentawai.
 1.subbet
subbet terbuat dari campuran pisang dan umbi telas. pembuatannya sederhana, pertama kita hanya perlu memasak umbi telas dan pisang secara bersamaan hingga matang, kemudian setelahnya keduanya di ulek dengan alat tradisional hingga bercamupur dan menjadi halus seperti adonan, kemudian terakhir kita hanya perlu mengubahnya menjadi adonan kecil-kecil  setelah itu, adonan kecil ini akan ditaburi parutan kelapa di seluruh permukaanya dan kini subbet siap disajikan sebagai hidangan. makanan ini cukup ekonomis karena bahannya dapat ditemukan dengan mudah di Mentawai, dan pembuatannya juga praktis serta Ketika pesta adat biasannya makanan ini akan menjadi makanan Utama selain sagu.
2. sagu kapurut
Kapurut sagu umumnya terbagi menjadi dua jenis, yaitu kapurut yang hanya terbuat dari tepung sagu tanpa campuran bahan lain, dan kapurut yang menggunakan tambahan bahan seperti garam atau kelapa parut. Secara tampilan, kapurut sagu mirip dengan lontong karena keduanya dibungkus daun dan berbentuk silinder, dengan daun sagu digunakan sebagai pembungkus.
Proses pembuatan kapurut dimulai dengan menyaring tepung sagu, lalu membungkusnya dengan daun sagu. Pada tahap ini, kita bisa menambahkan garam atau kelapa parut sesuai selera. Setelah itu, kapurut dibakar selama sekitar 15-20 menit. Teksturnya cukup keras saat dimakan, mirip dengan cara makan permen. Kapurut yang tidak menggunakan campuran bahan apapun memiliki rasa yang cenderung tawar dengan aroma harum daun sagu yang terbakar. Jenis ini cocok disajikan bersama sayur atau lauk. Sementara kapurut yang menggunakan kelapa parut atau garam lebih cocok sebagai camilan pendamping teh atau kopi, baik saat sarapan atau sore hari. Kapurut yang terbuat dari tepung sagu tanpa tambahan bahan biasanya dimakan sebagai makanan utama, seperti halnya nasi, sedangkan yang mengandung kelapa atau garam lebih sering disantap sebagai penganan ringan untuk teman minum teh atau kopi.
3. ulat sagu (battra)
Kuliner khas Mentawai ini mengolah ulat sagu menjadi hidangan yang sangat unik dan lezat. Ulat yang berwarna kekuningan ini biasanya diolah menjadi sate, dan untuk proses pembakarannya, digunakan tempurung kelapa sebagai bahan bakar alami yang memberikan rasa khas pada hidangan tersebut. Proses pengolahannya cukup menarik dan berbeda dari yang biasa kita temui. Pertama, perut ulat sagu dibelah dengan hati-hati, lalu diisi dengan bumbu khas yang memberikan cita rasa yang kuat dan menggugah selera. Bumbu yang digunakan bervariasi, tergantung selera dan tradisi setempat, namun umumnya mengandung rempah-rempah khas yang menambah kelezatan ulat sagu tersebut. Setelah diisi bumbu, ulat sagu tersebut ditusuk dan dibakar hingga matang sempurna. Proses pembakaran dengan tempurung kelapa tidak hanya membuat sate ulat sagu menjadi lebih harum, tetapi juga memberikan tekstur yang kenyal di luar, sementara di dalam tetap lembut dan kaya rasa. Hidangan ini menjadi salah satu keunikan kuliner yang dapat ditemukan di Mentawai, memberikan pengalaman kuliner yang tak terlupakan bagi siapa saja yang berani mencobanya.
ATANASIUS JERVI
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI