“Aku akan menjadi orang baik. Aku janji Renal!” Teriak Adrian tanpa henti. Walau ia selalu membuat kekacaukan dengan kembarannya dan selalu menaruh dendam kepadanya, percayalah kalau ia sangat sayang kepadanya.
Orang-orang sekitar langsung menghampirinya. Seseorang mendekatinya dan menggendong Adrian untuk menjauh dari Renal yang sudah terbujur kaku.
“Renal…!!!!” teriaknya lagi.
“Lepaskan aku!!!! Renal butuh aku! Ih…. Lepaskan aku! Aku benci kalian semua!”
Adrian langsung terbangun dari mimpinya. Mimpi yang selalu menceritakan betapa buruk dirinya di masa lalu. Keringatnya juga telah banyak bercucuran di tubuhnya. Ia langsung cepat-cepat pergi ke kamar mandi untuk mandi dan menenangkan dirinya.
---
Paginya, saat Adrian terbangun. Ia melihat seseorang tersenyum kepadanya. Itu bukan senyuman Bi Jumi saat membangunkannya tetapi senyuman Mamanya.
“Renal!! Kamu tidur di sini semalam? Wah, Mama sangat senang lihatnya,” Shania menatap iris mata Adrian dengan senang.
“Maaa… Saya ini Adrian, bukan Renal. Mama sudahlah, jangan membicarakan Renal lagi. Dia sudah mati, Ma. MATI!” ucapan itu mengalir dengan indahnya dari mulut Adrian yang membuatnya langsung terdiam.
“Maaf, Ma,” ucap Adrian penuh penyesalan. Tangisan kembali terjadi untuk Adrian hari ini. Ia kembali memeluk Mamanya. Saat ia sedang memeluk Mamanya, seseorang sedang berdiri di belakang Mamanya, memandangi semua kejadian demi kejadian yang terjadi. Ia adalah Aldy, ayahnya.
“Saya lelah mengurusmu! Sekarang kamu ikut saya pulang!” bentak Aldy pada Adrian.