“Saya akan menjual rumah ini,” ucap Ayahnya yang membuat Adrian terkejut setengah mati.
Adrian terdiam sebentar. Memikirkan bahwa semua ini hanyalah candaan, tapi tidak lagi terdengar lucu jika sudah Aldy yang bercanda. “Hah? Apa? Saya tidak dengar,” jawab Adrian dengan nada yang dibuat-buatnya agar terlihat lebih tenang.
“Saya. Ingin. Menjual. Rumah. Ini,” ulang Aldy dengan sedikit penekanan di setiap katanya.
“Saya ingin kamu ikut pindah dengan saya ke Bandung. Saya sudah lelah dengan semua kenakalanmu di sekolah!” bentak Aldy kepada Adrian. Wanita yang berada di belakang Aldy langsung menghampirinya dan mengelus-elus pundak Aldy untuk menenangkan perasaan ‘kekasihnya’ tersebut.
Adrian hanya terdiam, menutup matanya berharap jika ia membuka matanya lagi, masalah yang terjadi hanya sebuah mimpi. “Dan sudah ada seseorang yang akan membeli rumah ini,” ucap Aldy melanjutkan pembicaraannya kemudian pergi meninggalkan Adrian sendiri di kamarnya.
Adrian merasa sudah cukup memendam semua kekesalan di dadanya. Ia berlari menghampiri Aldy, meraih kerah bajunya, dan kemudian ia menamparnya.
“Dasar kurang ajar!” teriak Aldy, kemudian membalas Adrian dengan sebuah tamparan juga.
“Kamu yang lebih kurang ajar!” jawab Adrian sambil menampar Aldy lagi, “Rumah ini memiliki banyak kenangan dengan Mama, dan kamu seenaknya saja menjual rumah ini!”
Tangan Adrian dihempas jauh-jauh oleh Aldy, mengakibatkan dirinya terjatuh dan menabrak Bi Jumi yang sedang membawa cokelat panas yang kemudian tumpah ke kaki Adrian. Adrian meringis merasakan panas di kakinya.
“Sudah kalau gitu kamu keluar! Pergi saja dari rumah ini!” bentak Aldy kepada Adrian. “Tanpa kamu suruh, saya memang mau pergi! Dasar orang tua tidak becus!” Adrian langsung pergi dengan motornya. Kembali menghampiri ibunya.
---