Judul cerpen: Gadis Penyulut Lilin
Penulis: Khoirul Imam
Cerpen dapat dilihat disini: https://seword.com/cerpen/gadis-penyulut-lilin/
A. Tema:
Tema cerpen ini yaitu penantian seorang laki-laki terhadap gadis yang sudah ia tunggu. Terbukti di bagian tengah cerita, Yusuf mengakui telah menunggu Meda sejak 3 tahun yang lalu.
B. Tokoh dan Penokohan:
1. Meda:
- Cantik. Meda dapat dikatakan sebagai seseorang yang cantik karena sang penulis menggambarkannya langsung secara fisik tetapi diungkapkan melalui tokoh lain. "Menurutku dia selalu cantik, apalagi saat membawa buku."
- Pandai menyembunyikan perasaannya. Kali ini sang penulis menyiratkannya dengan perilaku si tokoh di sekitar tokoh lain. "Tidak nampak sedikitpun kekesalan tentang seseorang di wajahnya, dan tak secuil pun sayat luka yang terpancar dari matanya."
- Baik dan pendiam. Sang penulis menjelaskannya secara langsung melalui dialog antar tokoh di dalam cerita tersebut. " “Sepertinya tidak, dia kan pendiam”, jawab Desi teman kuliah Meda,..."
“Setahuku dia baik dan nggak comel, cara bicaranya juga ramah dan sopan. Mereka yang punya musuh biasanya kan anak-anak yang nakal dan nggak bisa menjaga ucapan”, tambahnya meyakinkan."
- Tertutup. Sang penulis menjelaskan secara langsung bahwa Meda adalah gadis yang tertutup, sikap Meda di cerita tersebut juga membuktikannya. "Meda memang dikenal sebagai gadis yang pendiam dan tertutup. Masalah pribadinya jarang ia ceritakan pada orang lain. Ada beberapa teman dekat, namun yang sering diceritakan pada mereka hanya soal adiknya yang susah diatur. Cerita itupun kadang tidak utuh."
2. Yusuf
- Setia. Di cerpen ini, sang penulis menjelaskan bahwa ia adalah tokoh yang setia karena Yusuf tetap menunggu Meda walaupun Meda sudah memiliki pacar dan juga adanya sebuah surat yang dibuat oleh Yusuf dan ditujukan untuk Meda.
Dear Meda;
Dalam jarak yang begitu jauh, aku sangat mengagumimu. Aku menyayangimu entah karena apa. Jika memilikimu adalah mustahil, maka aku tak akan pergi. Aku selalu ada, namun dalam wujud sahabat, kakak atau orang tuamu.
From: Yusuf
C. Latar
1. Latar waktu:
- Sore hari, terbukti dengan adanya kata senja dalam kalimat “pada senja yang merah merona" yang ditulis oleh sang penulis.
- Siang hari, terbukti dalam kalimat "Siang itu tidak seperti biasanya." yang ditulis oleh sang penulis.
- Pagi hari , terbukti dalam kalimat "melihat Meda tanpa angin dan hujan datang sepagi itu ke rumahku."
2. Latar tempat:
- Gang Haji Sani, sang penulis menuliskannya secara langsung pada kalimat "saat kami berpapasan di depan Gang Haji Sani”.
- Ruang kelas, terbukti pada kalimat "Saat ku longok kelasnya”
- Rumah Yusuf, terbukti pada kalimat "melihat Meda tanpa angin dan hujan datang sepagi itu ke rumahku."
3. Latar Sosial:
- Khawatir, karena Yusuf banyak sekali bertanya tentang Meda kepada temannya. Terbukti dalam kalimat "“Des, apa Meda punya musuh di kampus?”" dan beberapa pertanyaan lain.
D. Sudut Pandang:
Sudut pandang dalam cerpen ini adalah sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan. Dicerita ini Yusuf adalah orang pertama karena ia menggunakan kata 'aku' untuk posisinya. Ia menjadi pelaku sampingan karena fokus cerita tertuju pada Meda. Contohnya pada kalimat "Tidak lebih dari seminggu, ia pasti menemuiku. Kadang membuat janji secara langsung, kadang hanya menitipkan salam lewat temannya”
E. Alur
Alur cerita dalam cerpen ini adalah maju-mundur, karena isi dari cerpen ini adalah penyelesaian terhadap masalah kisah cinta Meda. Kalimat "Rupanya Tomi itu kekasih pertama Meda. Sudah dua tahun mereka menjalin hubungan. Perkenalan mereka singkat dan tidak sengaja. Waktu itu Meda mendapati Tomi dalam keadaan terkapar di pinggir jalan setelah terserempet mobil. Tomi terlihat mabuk berat. Dalam jarak dekat, sekujur badannya pun bau minuman keras.
Karena kasihan, Meda membawanya ke klinik terdekat. Sejak saat itu Meda dianggap sebagai Juru selamat. Dan dari situlah hubungan mereka dimulai. Hingga akhirnya Meda menerima Tomi menjadi pacarnya, lantaran kegigihannya untuk berubah. Anehnya, setiap hubungan mereka merenggang, Tomi selalu bilang “kamu mau aku kembali lagi menjadi penjahat dan mabuk-mabukan?”. Mungkin cintanya yang begitu dalam, membuat laki-laki pemabuk itu selalu mengancam. Bukankah untuk mempertahankan sesuatu tidak harus dengan cara mengancam?" menunjukan alur mundur dimana Meda menjelaskan masa lalu awal bertemunya dia dengan kekasihnya.
F. Amanat:
- Kita harus bersungguh-sungguh jika ingin mendapatkan apa yang kita inginkan.
Terbukti dari kalimat "“Jika benar kau sayang padaku, aku mohon tiup lilin ini. Aku sudah cukup sabar menjadi cahaya. Aku yakin kita punya perasaan yang sama”, pinta Meda sembari memperlihatkan selembar kertas yang pernah ku berikan padanya tiga tahun yang lalu;" bahwa usaha Yusuf untuk mendapatkan Meda tidak sia-sia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H