Mohon tunggu...
John L
John L Mohon Tunggu... -

Demi Kemuliaan Martabat Manusia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Waktu adalah Hidup

8 Desember 2018   07:14 Diperbarui: 8 Desember 2018   08:04 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejarah bergerak maju karena orang menghargai waktu. Perencanaan dibuat sebaik dan sebanyak mungkin. Satu rencana gagal, masih ada rencana alternatif agar tujuan tetap tercapai.

Tetapi, yang terjadi adalah orang membiarkan waktu berlalu tanpa buat sesuatu. Waktu digunakan untuk ngobrol hal-hal yang sama, tak penting tetapi penuh semangat. Akibatnya, hidup bergerak tetapi gerak di tempat.

Untuk sukses orang harus memperlakukan waktu sebagai sumber yang tak terbaharui. Artinya waktu yang hilang tidak bisa diganti.

Napoleon Hill pernah bilang, "Sebagian besar kemalangan adalah akibat dari waktu yang disalahgunakan".

Kemalangan kecil bisa mengakibatkan kemalangan besar. Kesalahan kecil bisa melahirkan kesalahan besar. Bersamaan dengan kesalahan itu persoalannya bisa menjadi besar dan tambah rumit.

Karena itu, kemalangan kecil apapun bentuknya mesti dicari solusinya. Kesalahan kecil pun harus segera dibetulkan. Jangan pernah menunggu waktu yang tepat baru mau perbaiki yang salah. Karena, tidak pernah akan ada waktu yang tepat bagi yang mengulur-ulur waktu.

Tipikal orang sukses adalah tidak menunggu tibanya kesempatan, melainkan menciptakan kesempatan. Semua peristiwa hidup mengandung kesempatan dan Anda yang harus mengolah kesempatan itu menjadi kesempatan yang menguntungkan.

Sejarah peradaban berkembang dalam penghayatan waktu secara linear yang berorientasi ke masa depan. Waktu dipakai untuk membuat sejarah. Manusia adalah pelaku sekaligus pembuat sejarah. Masa depan yang baik tidak datang sendiri.

Dalam hidup bermasyarakat kita sering mendengar kata-kata indah berikut. "Manusia berusaha, tetapi Allah yang menentukan. Kita berikhtiar, tetapi Allah yang memutuskan."

Ungkapan di atas tidak sedikit pun menafikan potensi manusia sebagai aktor perubahan. Hitam putihnya sejarah adalah karya manusia. Ada dalam sentuhan tangan manusia. Ada dalam guman hati manusia.

Salah satu penghambat kemajuan adalah perilaku ahitoris ke masa silam dan primordialisme. Sakralisasi unsur-unsur primordial menghambat gerak maju sebuah perubahan. Baru maju sedikit, mundur lagi. Ibarat tarian dengan pola, maju satu langkah mundur dua langkah. Lagu pengantar tarian usai penari makin jauh dari tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun