Stanley Adi Prasetyo keseleo saat menulis akronim dari Partai Katolik Indonesia dengan Parkindo, dalam tulisannya, "Andaikan Indonesia Tanpa Frans Seda", di kolom Opini Kompas, Selasa (4/10).
"... serta Ketua Umum Partai Katolik Indonesia (Parkindo)", tulis Stanley.
Sewaktu membaca tulisan itu, saya tidak terlalu memperhatikan, namun seorang pembaca Kompas melakukan koreksi lewat surat kepada redaksi, Senin (10/10).
"Mestinya yang benar adalah tertulis Ketua Umum Partai Katolik, bukan Parkindo (Partai Kristen Indonesia)", tulis Fx Rishardjanto.
Apa yang disampaikan Rishardjanto dibenarkan oleh Stanley, juga di rubrik yang sama, di hari yang sama jua.
"Kepada Rishardjanto, benar Parkindo ternyata nama Partai Kristen Indonesia", tanggap Stanley.
Parkindo sendiri merupakan hasil peleburan dari 2 partai, yakni Partai Kristen Nasional (PKN) dan Partai Kristen Indonesia (Parki).
Pdt. Basoeki Probowinoto ikut membidani lahirnya Partai Kristen Nasional (PKN). Hal itu disebut dalam buku "Ikrar & Ikhtiar dalam Hidup Pdt. Basoeki Probowinoto", sedangkan Partai Kristen Indonesia (Parki) merupakan bentukan Melanchton Siregar di Sumatera.
Pembentukan partai politik Kristen di era itu, mendapat perhatian Sutarno. "Mengenai topik disertasiku, aku tertarik untuk mempelajari apa yang menjadi motivasi didirikannya partai politik Kristen", tulis Sutarno  dalam Otobiografinya.
Pendirian Parkindo, seperti ditulis Sutarno, menggunakan model Anti Revolutionarie Partij (ARP), bentukan Abraham Kuyper, 1879.