Mohon tunggu...
Saad ubaidillah HkB083
Saad ubaidillah HkB083 Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Saya sebagai pelajar

Saya lahir di juwana, pati pada tanggal 04 05 2000 Saya saat ini sedang menempuh pendidikqn di bangku perkuliyahan

Selanjutnya

Tutup

Money

Budidaya Ikan Nila Salin Pati

18 Maret 2022   15:15 Diperbarui: 18 Maret 2022   15:27 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Seperti yang telah kita ketahui, secara geografis kabupaten Pati terletak disebelah utara provinsi Jawa Tengah, dimana hampir sebagian kabupaten pati di kelilingi air laut. Pati terkenal sebagai sentral budidaya ikan bandeng atau lebih dikenal dengan sebutan “bandeng Juwana”.
Namun ternyata tidak hanya  kecamatan Juwana saja yang yang menghasilkan ikan bandeng, akan tetapi banyak wilayah-wilayah lain seperti kecamatan Tayu, Dukuhseti, Alasdowo, Margoyoso, Trangkil, Wedarijaksa, dan Batangan yang menghasilkan atau budidaya ikan Bandeng.
Dengan demikian banyak sekali penghasil bandeng di daerah Pati ini persaingan harga dari petani ke tengkulak semakin sengit yang mengakibatkan harga ikan bandeng di daerah Pati khususnya Juwana menjadi tidak stabil yang kadang di waktu-waktu tertentu harga ikan bisa tinggi dan juga bisa rendah.
Maka dari itu efek yang tejadi sekarang petani tambak di daerah Pati, khususnya di kecamatan Margoyoso, desa Tunjungrejo mulai mencoba komoditas baru yaitu ikan nila. Sukardi salah satu petani tambak asal Tunjungrejo menjelakan “kami (petani tambak) yang dulunya membudidayakan ikan bandeng sekarang beralih ke ikan nila karena harganya yang stabil tidak terpengaruh dengan harga pasar sehingga lebih mudah untuk menghitungnya (keuntungan).” ujar pria tersebut.
Atas dasar itulah petani baralih dari budidaya ikan bandeng ke ikan nila, namun kendalanya ialah tidak semua musim atau bulan bisa panen ikan nila. Hanya musim rendengan (musim hujan) saja tapi tidak menutup kemungkinan pada musim kemarau juga bisa hanya saja operasional akan lebih besar dibanding pada saat musim hujan, karena sumber airnya memakai sumur bor yang artinya harus memakai pompa air juga untuk mengisi tambak. Dengan demikian para petani tambak kebanyakan hanya pada saat musim hujan saja.
Sukardi menambahkan “ Kalau disini kebanyakan bada musim hujan saja tapi juga ada juga sih yang musim kemaru ngisi nila tapi tetap oprasional akan lebih besar karena butuh mesin pompa dan solar untuk mengisi tambak yang luas.”
Perlu diketahui, ternyata satu kali siklus ikan nila, bisa meraup keuntungan hingga 20-50 juta perpanen. Hal ini tergantung banyak bibit yang ditebar ditambak dengan lama waktu 4-5 bulan dan panen di size 2,3,4,5,6, sampai 7 per Kg. Kalau tambak di isi bibit 20 ribu biasanya bisa dapat 1 ton ikan nila, dengan harga jual Rp. 22.000 rupiah per Kg dikali 1 ton bisa menghasilkan 22 juta rupiah sekali siklus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun