Mohon tunggu...
Eldi Sauma
Eldi Sauma Mohon Tunggu... -

baik hati, tidak sombong, rajin menabung..... cape' de....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Untuk Kita Renungkan

19 Oktober 2010   07:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:18 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mentari tersembul malu-malu di langit Padang Panjang pagi itu, seperti hari-hari sebelumnya, aku duduk manis di poli umum Puskesmas untuk memeriksa satu persatu pasien yang berdatangan dengan keluhan yang rata-rata sama. Meski terkadang aura kebosanan menguap, namun tetap saja ku nikmati aktivitas yang sudah hampir bisa dikategorikan obsesif kompulsif ini…

Satu per satu pasien-pasien mendapat giliran berhadapan muka dengan ku, bercerita tentang keluhannya, disusul pemeriksaan fisik sederhana, dan segera mendapat secarik kertas berisi coretan-coretan tangan ku untuk di bawa ke apotik.

Ditengah kegiatan ku itu, mendadak aku dikejutkan oleh seorang ibu muda yang berteriak-teriak memanggil ku seraya mengiringi adik laki-laki nya yang berlari membawa balita usia 1 tahunan yang diam seribu bahasa dipangkuannya.

“Tolong pak… tolong pak…!!” sepatah kata yang bisa ku cerna dari banyaknya teriakan yang meluncur bersahut-sahutan di udara, di sela-sela isak tangis yang membahana, segera setelah anak tersebut dibaringkan, aku segera memeriksa nafas dan denyut jantungnya sambil mendengar cerita si ibu, bahwa anaknya barusan ia temukan mengambang di kolam dekat rumahnya, karena tak satu pun helaan nafas dan detak jantung yang ku dengar, sambil memijit jantung kecil balita itu dari luar, ku teriaki uni-uni perawat untuk menyiapkan ambulance lengkap dengan supirnya, balita itu segera dilarikan oleh ambulance dengan sirine meraung-raung menuju RSUD yang hanya terpaut beberapa kilometer dari tempat ku berdiri…

Satu jam kemudian uni perawat pengantar balita itu kembali ke Puskesmas dengan cerita bahwa balita tersebut tak dapat diselamatkan meski dokter jaga dan perawat-perawat IGD telah berusaha menolong nya ……. Innalillahi wa innailaihi rojiun…..

“Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaatpun” Qs. Al-A’raf : 34.

Tak ada batas usia untuk sebuah kematian. Tua, muda, anak-anak, balita, bayi bahkan janin sekalipun tak kuasa menolak takdir batas umur yang digariskan.

Mari kita luangkan waktu sebentar, sekedar menengok relung hati, menanyakan bekal apa yang telah kita siapkan untuk menghadap Sang Pencipta. Karena boleh jadi beberapa saat lagi malaikat maut datang menemui kita, menyampaikan kabar bahwa waktu kita telah habis.

“di bayang-bayang fatamorgana, berharap hidup khusnul khotimah…di bayang-bayang fatamorgana, diri memohon selamatkan hamba…” (opick : shollu ‘ala Muhammad)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun