Mohon tunggu...
Satrio Ra Nduwe Aji
Satrio Ra Nduwe Aji Mohon Tunggu... -

..Seneng Misuh... Tapi Ra Seneng Musuh (an)...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo Jatuh Sendiri, Yusril dkk Minta Substansi...

17 Agustus 2014   00:58 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:22 1241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kondisi Thailand saat dilaksanakan Pemilu terakhir sebelum kudeta berbeda dengan kondisi Indonesia saat ini, alasan MK menganulir hasil Pemilu di Thailand lebih karena tekanan militer akibat boikot dari pihak lawan Ying luk sang perdana meneteri, kondisi ini sangat berbeda dengan pelaksanaan Pilpres kemaren, tidak ada yang memboikot...kalau ada pihak yang memboikot itupun saat rekapitulasi, itupun saat tinggal menetapkan 3 propinsi, itupun ketika sudah tahu akan kalah.

Perbedaan ini tidak pernah diungkapkan oleh seorang Yusril, salah satu arsitek UU yang paling berperan dalam demokratisasi Indonesia, masalahnya bukan pada berani atau tidak berani, kalau di Thailand keberanian MK menjadi pemecah kebuntuan atau paling tidak menjadi alasan bagi pihak militer untuk bertindak memecah kebuntuan dengan kudeta, sedangkan di Indonesia, rakyat dan pemerintah sedang baik-baik saja, bahkan keputusan MK yang diluar kaidahnya sesuai dengan UUD 1945 (sebagai kalkulator) akan memberikan kebuntuan baru, jangan dikira ketika pendukung Jokowi tidak berdemonstrasi setiap hari di MK maka mereka tidak ada.

Jelas jika MK melakukan tindakan yang tidak nalar misalnya dengan mengeneralisasi kasus di Dogyai menjadi permasalahan se Papua, atau permasalahan di Nias Selatan menjadi masalah seluruh Sumatera Utara, adalah hal yang tidak ada nalarnya, apalagi jika hal itu dianggap sebagai masalah seluruh Indonesia....tentu akan menjadi pertimbangan terhadap munculnya aksi yang akan menjadi pengingat bagi seluruh Indonesia ataupun Dunia bahwa mereka itu ada.

Memperjuangkan segala sesuatu tidak harus dengan terlihat dan menakutkan, tetapi dengan diam, lembut dan menawan akan lebih indah yang selalu diingat kemegahannya, Sukarno, Gandi dan Mandela telah mencontohkannya.

Bang Yusril, Prabowo itu jatuh sendiri, nggak ada yang njegal/nackle apalagi yang sengaja membuat perangkap... dan subtsansi Pemilu itu kuantitatif 50% +1... tidak ada substansi kualitatif dari Pemilu... kecuali ada aturan yang lebih mendasar dari UUD 1945.

Semoga Allah SWT, menolong kita semua....Amin

Salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun