Seorang lelaki paruh baya melangkah keluar dari gedung berlantai 20. Menggunakan kacamata hitam, kemeja lengan panjang biru, celana warna gelap dan sebuah tas ransel hitam di punggung. Di sampingnya ada seorang perempuan sedikit lebih muda menggunakan kain sebagai penutup kepala dan juga menggunakan kaca mata hitam untuk menghalau panas.
Jalannya masih gesit tidak menampakkan sedikit pun kelelahan usia. Selain punya wawasan yang sangat luas, kepribadiannya yang mudah akrab membuat suasana tidak terasa canggung walau kita hanya bertemu sesaat.
Saya memanggilnya pakde.
Pakde bercerita banyak tentang masa lalunya yang ternyata pensiunan salah satu kesatuan aparat keamanan.
Dari semua cerita yang meluncur dari mulutnya, saya tertarik saat pakde bercerita mengenai operasi pengendalian keamanan pada tahun 1982.Â
Pada tahun itu keluar peraturan (entah tertulis atau tidak) untuk semua kesatuan keamanan agar dapat menjaga stabilitas keamanan negara khususnya ibukota dan kota besar lainnya. Segala cara ditempuh bahkan ketika harus menghilangkan nyawa seseorang yang di anggap akan mengganggu keamanan. Dari beberapa sumber, operasi ini dimulai di kota jogja saat GALI (gabungan anak liar) mulai membuat resah warga.
Tanda-tanda umum seseorang dianggap berpotensi dapat mengganggu keamanan dilihat dari penampilan orang tersebut. Dari beberapa sumber mengatakan kalau di tahun itu kita punya tatto dan berpenampilan urakan, siap-siap untuk di ciduk untuk di data. Tapi tidak sedikit pula yang tidak diketahui keberadaannya.
Pakde cerita, pernah satu waktu ketika pakde sedang pergi bersama atasan tiba-tiba atasannya berbicara kepada pakde
"Itu mereka yang berdua ajak makan saja" sambil menunjuk kearah 2 orang pemuda. Yang satu berambut panjang dengan kaos lengan buntung berwarna hitam dan temannya menggunakan celana bluejeans yang sudah sobek. Di tangan kirinya sedikit terlihat Tatto menghiasi lengan bagian atas.
Pakde sudah paham betul apa yang di maksud atasannya, tidak lama Pakde sudah terlihat sedang berbicara sambil sesekali tertawa.
"Saya cuma bilang minta ditemenin jalan-jalan karena tidak paham daerah ini nanti saya kasih upah" Pakde menjelaskan saat saya tanya bagaimana mereka bisa cepat akrab.