Kusta merupakan penyakit yang sudah ada sejak dahulu, bahkan sudah diceritakan dibeberapa kitab suci agama. Sejarahnya sudah ada dari ribuan tahun lalu, tapi apakah penyakit kusta ini merupakan kutukan dari Tuhan?
Kutukan atau bukan tergantung dari kita melihat dari sudut pandang mana. Karena dari beberapa ahli agama, saya belajar, Tuhan memberikan kita ujian dalam bentuk apapun (salah satunya penyakit) karena Tuhan sayang sama umat, dan memberikan ujian sebagai penghapus dosa.
Penyakit kusta di Indonesia merupakan masalah Kesehatan yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks, tidak hanya dari segi medis tapi juga bisa merembet ke masalah sosial, ekonomi dan budaya. Karena Stigma yang beredar di masyarakat.
Seperti yang dilansir dari web Kementerian Kesehatan Indonesia, per tanggal 24 Januari 2022 jumlah kasus kusta tedaftar sebesar 13.487 kasus dengan penemuan kasus baru sebanyak 7.146 kasus. Dan masih ada 6 Provinsi yang belum mencapai eliminasi kusta, di antaranya Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
Stigma negative, "menyeramkan" pasien kusta masih sangat kuat, dan cenderung akan dijauhi oleh masyarakat bahkan keluarga sendiri. Padahal tidak semudah itu kusta ditularkan.
Menurut NLR Indonesia di Websitenya; Kusta memang di tularkan dari orang ke orang, apalagi kalau penderita kusta tersebut tidak berobat sama sekali. Tapi berdasarkan survey, dari 95 orang HANYA 2 orang yang terpapar kuman kusta dan membutuhkan perawatan intensif. Jadi kuncinya berobat.
Pasien kusta yang sudah menjalani perawatan dan meminum obat rutin yang telah diberikan, maka tidak perlu dipisahkan dari anggota keluarga lainnya. Dan kusta bukan penyakit keturunan, kusta bisa tertular dengan kontak erat dan lama, tapi itupun kalau penderita kusta BELUM MELAKUKAN PENGOBATAN sama sekali.
Menurut dokter Muhammad Iqbal Syauqy selaku dokter umum RSI Aisyiyah Malang, penyakit kusta ini sudah dikenal sejak zaman Nabi Muhammad bahkan sebelumnya. Bahkan ada dalam pernyataan dalam hadis yang fenomena (gejalanya) seperti kusta.
Perlakuan Rasulullah SAW terhadap penderita kusta tidak pernah mendiskriminasi. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah pernah memegang tangan seorang penderita kusta kemudian memasukkannya bersama tangan beliau ke dalam piring Kemudian beliau mengatakan makanlah dengan nama Allah.
Walau Rasulullah SAW khawatir dengan penyakit ini, dan menggambarkan larilah engkau seperti di kejar singa, yang maksudnya adalah, agar harus tetap waspada dan berhati-hati tapi tidak mendiskriminasi dan tetap tawakal kepada Allah SWT.