Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Dikasih Obat Sebulan, Tapi?

26 Juli 2015   01:54 Diperbarui: 26 Juli 2015   01:54 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semenjak usia jelang empat puluh tahun, Bapak saya memiliki penyakit darah tinggi. Ini penyakit yang juga diderita oleh hampir semua saudara kandungnya yang berjumlah tujuh orang.  Singkat cerita, seorang dokter menyarankan agar Bapak saya tiap pagi melakukan kegiatan jalan kaki sebelum pukul enam pagi.  Katanya, penyakit darah tinggi tidak dapat dihilangkan, tapi hanya bisa dicegah. 

Berpuluh tahun saran dari dokter itu dilaksanakan. Rutin beliau berolahraga ringan ini, dimulai sendirian sampai akhirnya memiliki pengikut. Mereka merasakan manfaat jalan pagi, apalagi dilakukan bersama-sama. Pada usia tua yang kini mencapai 79 tahun, jenis kegiatan ini sekaligus cara murah berekreasi. 

Sebelum memasuki bulan puasa kemarin, tekanan darah Bapak saya mencapai angka 210.  Beberapa kali berobat ke dokter puskesmas tetapi belum juga turun.  Akhirnya, dokter memberi rujukan ke RSUD, menuju poli dalam.  Dengan menggunakan fasilitas peserta BPJS, Bapak menemui dokter penyakit dalam.

Sang dokter memberi resep untuk menjinakkan tekanan darah, yang setidaknya dikonsumsi untuk jatah satu bulan.  Hingga hari ketiga, ternyata tidak ada reaksi yang berubah.  Bapak malah lebih banyak terbaring, dengan rasa pusing dan mual.  Badan terasa dingin dan muntah-muntah pun dialaminya.

Atas pertimbangan saya, konsumsi obat tersebut dihentikan.  Pada hari berikutnya, tepatnya di hari ketujuh pasca berobat, kami menghadap dokter itu lagi.  Sebelumnya, petugas medis mengecek tensi Bapak yang membuat saya terkejut.  Angka digital pada alat tersebut menunjuk 104/65.  Sangat rendah!  Dari 210 berubah menjadi 104.

Ternyata, tensi yang tinggi dan rendah sama-sama membuat pusing si penderita.  Awalnya kami pikir, tekanan darahnya masih tinggi, dan obatnya tidak bekerja maksimal.

Dipertemuan kedua, dokter memberi obat untuk konsumsi sekitar lima hari saja.  Hasilnya, setelah obat habis dan kami balik ke poli dalam, hasil pengukuran perawat mendapati angka 194/78.  Oh, naik lagi.  Ternyata belum stabil.

Pada kali ketiga kunjungan ke poli dalam ini, kami bertemu dengan dokter yang lain, karena dokter yang sebelumnya menangani tengah bertugas di sal perawatan RS.  Kami paparkan ke dokter semua keluhan kami selama dua kali proses pengobatan tersebut.

"Untuk gangguan jantung seperti ini memang butuh pengobatan rutin.  Jangan sampai berhenti," begitu nasihat dokter.

Bagaimana dengan tekanan darah yang tidak stabil ini?  Dokter pun bilang, kami para dokter menjadi sulit, di sini (RS milik pemerintah) kami tidak boleh memberikan obat yang bagus.  Itu karena anggarannya yang terbatas.  Maka kami hanya bisa memberi obat  yang seperti ini (mungkin maksudnya generik).

Jadi, memang harus sabar jika berobat di sini, lanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun